Penyakit HIV/AIDS saat ini mengalami penyebaran yang sangat pesat di Indonesia. Keterlibatan para tokoh agama dinilai penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit ini. Mereka dapat memperkuat nilai-nilai moral umatnya dan menerima keberadaan penderita sebagaimana manusia normal.
Para tokoh lintas agama yang tergabung dalam Indonesian Interfaith Networking on AIDS (Interna) melakukan malam renungan HIV/AIDS yang dipusatkan di Tugu Proklamasi, Jum’at malam (30/5).<>
Lilin-lilin dinyalakan di tengah plasa terbuka yang ada di taman tersebut untuk menggambarkan masih adanya harapan penerangan bagi para penderita HIV/AIDS. Sekelompok mahasiswa memainkan teater yang menggambarkan para Orang Dengan HIV/AIDS (ADHO) yang dianggap sampah dan dipinggirkan.
Para penonton yang terdiri dari berbagai etnis dan agama duduk lesehan menyaksikan pementasan dan renungan yang disampaikan oleh para tokoh agama tentang perlunya mencegah dan memperhatikan ODHA.
Perwakilan dari Islam menyampaikan perlunya kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian berupa penyakit yang datang dari Allah. Kisah Nabi Ayyub yang penuh kesabaran dan ketabahan saat diuji oleh sakit, sampai semua orang menjauh, termasuk keluarganya bisa menjadi inspirasi bagi ODHA untuk tetap bersemangat dan optimis menjalani kehidupan.
Sementara itu wakil dari Kristiani meminta agar ODHA tidak dianaktirikan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka adalah saudara yang harus tetap dikasihi dan dilayani sebagaimana manusia biasanya.
Salah seorang tokoh Hindu berpesan agar kebebasan yang diberikan tuhan kepada manusia tidak disalahgunakan sehingga bisa menimbulkan penyakit yang akhirnya juga bisa merugikan orang lain.
Masing-masing perwakilan agama tersebut juga berdoa menurut agamanya masing-masing bagi kesembuhan, ketabahan dan optimisme bagi ODHA dalam menjalani kehidupan.
Sekjen Interna Anggia Ermarini menuturkan acara ini diselenggarakan untuk mengingatkan pentingnya peran masyarakat untuk menerima ODHA agar mereka tidak semakin terkucil setelah menderita penyakit yang sampai saat ini belum bisa disembuhkan.
“Mereka adalah orang-orang yang masih bisa bermanfaat dan menjalani kehidupan normal seperti yang lainnya,” katanya. (mkf)
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
2
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
3
Upah Guru Ngaji menurut Tafsir Ayat, Hadits, dan Pandangan Ulama
4
Khutbah Jumat: Rawatlah Ibumu, Anugerah Dunia Akhirat Merindukanmu
5
Pakar Linguistik: One Piece Dianggap Representasi Keberanian, Kebebasan, dan Kebersamaan
6
IPK Tinggi, Mutu Runtuh: Darurat Inflasi Nilai Akademik
Terkini
Lihat Semua