Jakarta, NU Online
Kaum Muda Nahdlatul Ulama (KMNU) menyatakan kebulatan tekad mendukung Cawapres KH Hasyim Muzadi yang berpasangan dengan Capres PDIP Megawati Soekarnoputri karena Ketua Umum PBNU non aktif itu satu-satunya kandidat asli NU menyusul tidak lolosnya Salahuddin Wahid ke putaran kedua pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2004.
"Kemarin NU pecah karena ada Gus Solah (Salahuddin Wahid) yang didukung PKB, tetapi setelah Gus Solah tak maju (ke putaran kedua) kini tidak ada pilihan lain bagi warga NU kecuali mendukung Pak Hasyim," kata Koordinator KMNU Andi M Ramly yang sehari-hari merupakan penasehat PP IPNU, GP Ansor, dan PB PMII di Jakarta, Selasa.
<>Sementara KH Nur Muhammad Iskandar SQ dari Rabithah Ma’ahid Islamiah (RMI) atau Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia ketika ditanya mengapa dukungan hanya diberikan kepada Hasyim sementara cawapres Jusuf Kalla juga orang NU, menjelaskan, pihaknya menyandarkan pilihan dengan berpedoman pada azas manfaat. "Kenapa kita memilih mendukung Pak Hasyim karena kontribusi beliau pada NU jelas, bukan mengaku-aku NU. Selama kepemimpinan Pak Hasyim NU tidak hanya go public tapi juga go internasional sehingga orang NU yang merasa secara kultural maupun kultural sebagai NU namun tidak memilih Pak Hasyim maka ke-NU-annya tidak jelas," kata Kiai Nur Iskandar.
Pada kesempatan itu Nur Iskandar yang juga salah satu anggota tim kampanye Hasyim Muzadi menyatakan, pihaknya saat ini tengah berupaya menyatukan suara NU dengan berupaya menggandeng para kiai berpengaruh yang sebelumnya menjadi pendukung pasangan Wiranto-Salahuddin. Ditanya tentang larangan Syuriah PBNU agar organisasi NU tidak diseret ke politik praktis, pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Tangerang itu menyatakan, apa yang mereka lakukan bukanlah menyeret NU ke politik praktis melainkan menempatkan NU dalam kedudukan terhormat yakni sebagai alat perjuangan.
Dalam pernyataan sikapnya yang dibacakan Maria Ulfah, KMNUÂ yang merupakan kumpulan pegiat organisasi di jajaran NU itu menyatakan mendukung Mega-Hasyim karena menilai pasangan tersebut memenuhi kriteria nasionalis, patriotis, memiliki moral dan keteladanan bersih, serta menjanjikan harapan bagi peningkatan kemakmuran rakyat dan dapat membawa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, bermartabat, dan dihormati bangsa lain.
"Pancaran nasionalisme itu tercermin dari sikap mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan yang lain. Patriotik dalam arti memiliki sikap otonom dalam kepemimpinan dan tidak mudah ditekan untuk kepentingan negara lain. Sedang keteladanan moral bersih dibuktikan dengan adanya legitimasi keagamaan dan keulamaan yang menyertai perjalanan hidup pemimpin dimaksud," kata Maria Ulfah.
Oleh karena itu, tambah Ketua Umum Fatayat NU tersebut, KMNU menyeru segenap segenap warga dan simpatisan NU merapatkan barisan dan mengamankan pencalonan Mega-Hasyim dengan memilih pasangan itu pada Pemilu presiden putaran kedua 20 September 2004 sehingga faham Islam ahlus sunnah wal jamaah di Indonesia tetap dapat dikawal. (atr/cih)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua