Sumenep, NU Online
Umat Islam Indonesia, Madura dan Jawa Timur khususnya, kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. KH Moh Tidjani Djauhari, salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Modern Al Amin Prenduan, Sumenep, Madura, Kamis (27/9) pukul 02.00 WIB dinihari kemarin dipanggil menghadap ke hadirat Allah dalam usia 62 tahun.
Mantan Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jatim itu meninggal dunia di kediamannya di kompleks Ponpes Al-Amin, Prenduan, akibat komplikasi penyakit (jantung/diabetes) yang dideritanya. Ribuan pelayat yang terdiri dari para kiai, pejabat pemerintah Kabupaten Sumenep, para alumni Ponpes Al-Amin yang tersebar di berbagai daerah.
<>Tampak hadir pula, Bupati Sumenep, KH Ramdlan Siradj, Bakorwil 4 Madura, Drs Makmun Dasuki, dan Kakanwil Depag Jatim, HM Roziqi. Tampak, para santri dan masyarakat luas berebut berdesakan untuk sekedar dapat mengusap kuburannya yang terletak di samping kiri Masjid Ponpes yang memiliki cabang di berbagai provinsi di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, Bali, dan Sumatera.
Adik kandung almarhum, KH Idris Djauhari, dalam sambutannya mewakili keluarga besar Ponpes Al Amin mengatakan, sejak Rabu malam sekitar pukul 22.00 WIB, sudah ada tanda-tanda KH Tidjani Djauhari akan meninggal, sehingga seluruh keluarga berkumpul. “Dan benar, sekitar pukul 2 dinihari tadi kakak kami tercinta dipanggil menghadap Allah,” ungkap Kiai Idris.
Kiai Tidjani, berpesan agar pendidikan di Al Amin terus ditingkatkan dan masyarakat Madura terus didorong untuk maju dan berkembang. "Beliau juga berpesan agar umat Islam rukun dengan terus menjalin tali silaturrahmi,” kata Kiai Idris.
Sejak terbaring sakit karena komplikasi jantung dan diabetes yang dideritanya, putra kedua KH Djauhari itu sebenarnya sempat dirawat di RS Budi Mulya Surabaya. Akan tetapi entah karena apa, alumnus Jamiah Malik Abdul Aziz Mekkah (S2) itu meminta pulang dan ingin dirawat di rumahnya.
KH Tidjani Djauhari, MA, lahir di Sumenep Oktober 1945 lalu meninggalkan seorang istri, Nyai Hj. Dra.Anisah Fathimah Zarkasyi, 3 orang putera (H. Ahmad Fauzi Tidjani,MA, Imam Zarkasyi dan Abdullah Muhammadi) serta 5 orang putri yaitu Hj. Shafiyah, Lc.,M.Si, Hj. Aisyah, Lc., Hj. Afifah, Amanah dan Syifa’. Alumnus Jamah Islamiyah (S1) Madinah,1969, itu juga meninggalkan dua orang cucu masing-masing Syafiqoh Mardiana dan Ayman Fajri.
Selama hidupnya selain sebagai pengasuh Ponpes Al Amin, Kiai Tidjani antara lain pernah menjabat sebagai Sekretaris Departemen Konferensi dan Dewan Konstitusi Organisasi Rabithah Alam Islami dan Koordinator Pusat Badan Silaturrahmi Ulama Madura (Bassra) sejak tahun 1992 sampai sekarang.
Kemudian Ketua II Majelis Aly Indonesia dan berbagai jabatan di Rabithah Alam Islami. Alumnus Kulliyatul Muallimin Ponpes Modern Gontor Ponorogo (1958-1965) ini menulis 52 judul karya ilmiyah serta menghadiri 37 forum ilmiah di dalam dan di luar negeri. (bangsa)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua