"Saya bangga menjadi santri. Di mana-mana, dalam forum apapun saya memperkenalkan diri sebagai seorang santri."
Demikian dinyatakan KH Ali Yafie di rumahnya, kawasan Bintaro Jakarta Selatan, saat menerima tamu penyair dari Madura, D Zawawi Imron, Sabtu (29/1).&l<>t;br />
"Menjadi santri itu artinya belajar untuk ikhlas dan istiqomah. Saya sejak kecil hidup di pesantren, selama 24 jam saya di pesantren. Di sana saya melihat keikhlasan seorang guru beserta keluarganya. Keikhlasan dalam mendidik, bermasyarakat dan beragama," ujar kiai yang lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 1 September 1926.
Dia menjelaskan, ikhlas itu rumusnya gampang, berkata jujur, tidak mengada-ada. Berbuat juga tidak mengada-ada. "Berbuat juga seperti yang dikatakannya. Antara ilmu dan amal itu harus satu," tegas kiai Ali yang ketika muktamar NU di Krapyak terpilih sebagai wakil rais aam.
Ketika ditanya siapa ulama atau kiai yang patut dijadikan contoh dalam keikhlasan dan keistiqomahan, Kiai ALi Yafie tidak menjawab. Baru setelah pertanyaan diulangi tiga kali, dia menyebut nama.
"Syeikh Ali Matar, kakek Pak Quraisy Shihab. Semasa penjajahan Jepang saya nyantri pada beliau. Pesantennya di Sidrap, Sulawesi Selatan." ujar Kiai Ali yang mengenakan kemeja pendek warna biru.
D Zawawi Imron yang duduk di sebelah Kia Ali Yafie menimpali, "Kalau Kiai Ali kebingungan menunjukkan sosok ulama atau kiai yang ikhlas, itu berarti susah mencari sosok yang ikhlas saat ini. Mendengar tafsiran penyair asal Madura ini, Kiai Ali hanya tersenyum. (nn)
Terpopuler
1
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
2
Istikmal, LF PBNU: 1 Rabiul Awal 1447 Jatuh pada Senin, Maulid Nabi 5 September
3
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
4
NU Banten Membangkitkan Akar Rumput
5
IPNU-IPPNU dan PCINU Arab Saudi Dorong Tumbuhnya Tradisi Intelektual di Kalangan Pelajar
6
Dirut NU Online Dorong PCNU Kota Bekasi Perkuat Media dengan Ilmu Pengetahuan
Terkini
Lihat Semua