Warta

KH Ali Maschan Moesa, Pertahankan NU Sesuai Dengan Khittah 1926

NU Online  ·  Rabu, 10 September 2003 | 11:37 WIB

Pekalongan, NU Online.
Konflik intern antara para petinggi PKB, sangat besar menyita perhatian publik. Terutama warga nahdliyin yang selama ini menyalurkan aspirasi melalui partai tersebut. Bahkan dibeberapa daerah, konflik elit ini telah menyebar dan menimbulkan kebingungan luar biasa. Ada keprihatinan mendalam kenapa PKB tak usai didera konflik, padahal waktu pelaksanaan pemilu makin mendekat.

Mensikapi perkembangan tersebut, KH Drs Ali Maschan Moesa, Ketua PWNU Jawa Timur, dalam Acara Dialog Interaktif Mengapa Radikalisme Harus Terjadi (Tinjuan Perspektif Islam), yang diselenggarakan oleh Pengurus NU Ranting Kranji Kedungwuni Pekalongan (10/9), menyatakan bahwa sikap yang diambil melihat konflik-konflik internal yang terjadi, “NU harus mengacu pada keputusan Situbondo dan secara kelembagaan tidak bisa terlibat terlalu dalam urusan internal PKB, memang melalui keputusan Muktamar Lirboyo, NU lah yang melahirkan atau menfasilitasi berdirinya PKB untuk kepentingan politik warga NU.

<>

Namun kini PKB adalah anak yang telah menjadi keluarga sendiri, yang memiliki aturan main serta, AD/ART sendiri.  Menurut Ali Maschan, Apabila warga NU mau berpolitik secara elegan tolong baca kembali 9 keputusan pedoman politik NU di Muktamar Yogyakarta, pada siapapaun pengurus NU yang jadi politisi di partai manapun. dalam menjawab pertanyaan salah seorang peserta. Dengan demikian sikap politik NU jelas, mempertahankan khittah 1926 dengan menjaga jaga jarak yang sama dengan kelompok siapapun, baik itu negara dan kelompok-kelompok yang lain.

Ditanya tentang bagaimana menjaga konsistensi khittah ditengah konflik internal yang merambah pada jamiyyah maupun jamaah NU. Kandidat Doktor Ilmu Sosial UNAIR Surabaya ini menyatakan pada NU Online bahwa secara institusional NU tidak bermasalah dengan konflik-konflik yang ada, sebab sekali lagi NU tidak terikat dengan Orsospol manapun, netral, tapi untuk pedoman warga keputusan Lirboyo masih kita pegang. Dan hendaknya semua pihak harus menahan diri jangan malah memperkeruh masalah.

Solusinya, menurut Gus Ali yakni marilah kita duduk bersama dengan membangun pola komunikasi yang terus-menerus, serta harus ada mediator yang bisa diterima oleh kedua belah pihak

Ditanya mengenai pemberitaan tentang adanya pemberitaan isu “Kaukus 1000 Kyai” di Jakarta, ia mengungkapkan “ Saya belum tahu masalah itu, namun hendakanya para kyai yang tidak ingin menjadi pengurus partai untuk sementara tidak usah mencampuri urusan-urusan politik praktis.

Sebab sekali lagi, perubahan NU menjadi partai politik seperti dulu, malah akan masalah baru dan mengakibatkan terbengkalainya fungsi-fungsi pelayanan umat bagi warga nahdliyin yang semakin jauh dari perhatian para elite politik dan pemimpin.“Dalam kondisi ini mestinya NU harus lebih mementingkan fungsi-fungsi pelayanan umat, jangan terbuai dengan konflik-konflik yang terjadi dalam partai-partai politik dalam konteks inilah perlu kearifan pemimpin-pemimpin NU” ungkapnya mengakhiri perbincangan dengan tim NU Online.(AA/Cih)