Warta

Ketua PCNU Kencong Tutup Usia

NU Online  ·  Ahad, 20 Mei 2007 | 00:14 WIB

Jember, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kencong, Jawa Timur, KH Syuhada Syarif meninggal dunia pada Kamis malam (17/5) pukul 16.30 setelah seminggu dirawat di rumah sakit Dr Soetomo, Surabaya.

Kepergian Kiai Syuhada tak lepas dari komplikasi penyakit yang dideritanya sejak setahun terakhir. Serangan diabetes sejak dua tahun lalu, dan belakangan menjalar ke ginjal, membuatnya tak berdaya. Kiai kharismatik itu meninggal pada usia 62 tahun.

Walaup<>un bergulat dengan penyakit, namun Kiai Syuhada tetap tak mau meninggalkan tugasnya yang bejibun. “Baru setelah begitu parah, aba istirahat dan dirujuk ke Dr Soetomo,” tutur salah seorng putranya, Gus Haidar.

Gus Haidar menambahkan, isyarat  kepergian ayahnya memang sudah terbaca sebelum beliau masuk rumah sakit. Saat itu, katanya,  beliau meminta agar kelak dimakamkan di tanah yang dibelinya sendiri. Yaitu di kompleks Ponpes Darul Muqamah, Jl. Sultan Agung No 1, Purwosari, Gumukmas.

“Selain itu, Aba juga berpesan agar anak-anaknya dapat menyelesaikan sekolah dengan baik,” tukasnya.

Dalam acara pemakanan selepas shalat Jum’at kemarin (18/5) nampak  hadir Mustasyar PBNU KH Muchit Muzadi, Imam Besar Masjid Istiqlal KH Mustafa Yakub, pengurus PWNU Jatim Sujdono, keluarga besar Ponpes Tebuireng, dan tentu saja kelurga besar Syarifuddin di Lumajang serta ratusan pelayat. Sedangkan pagi harinya, Ketua Yayasan Pesantren Tebuireng KH Sholahuddin Wahid  juga turut hadir ke rumah duka.

Semasa hidupnya almarhum aktif di organisasi NU. Almarhum dikenal sebagai ulama yang istiqamah dalam memperjuangkan sesuatu yang diyakini kebenarannya. Hidupnya nyaris dihabiskan untuk kepentingan umat.

Hal ini  juga diakui oleh KH Muchit Muzadi yang berkenan memberikan sambutan sebelum pemakaman dimulai. Menurutnya, KH Syuhada adalah tipe pejuang yang tak kenal lelah untuk kepentingan umat.
 
“Tidak hanya itu, sekarang  banyak orang ngerti agama, tapi yang bisa memberikan jiwa agama sangat jarang. Diantaranya adalah KH Syuhadak,” tukas Kiai Muchit.

Semangat tak kenal lelah KH Syuhada juga bisa dilihat dari intensitas kegiatannya yang cukup tinggi. Bayangkan, dalam keadaan sakit-sakitan, beliau nyaris tak pernah berhenti menghadiri pengajian, memberikan kuliah dan tugas ke-NU-an. Bahkan selalu bolak-balik Kencong-Tebuireng. “Seminggu, beliau bisa 2-3 kali ke Jombang,” ujar Sekretaris PCNU Kencong, Syamsul Hadi.

Kiai Suhada memang dikenal akrab dengan keluarga besar Ponpes Teburieng, karena beliau pernah  nyantri, bahkan sampai saat ini menjadi penasehat Ponpes Tebuireng.   Sehingga tidak heran kalau beliau dekat dengan Gus Sholah dan Gus Dur. “Gus Dur itu pernah menajdi guru KH. Syuhadak,” tambah Syamsul Hadi.

Selain menjabat Ketua NU sejak tahun 2003, almarhum juga menjadi Dosen di STAIFAS dan Universitas Syarifuddin Lumajang. Belakangan namanya juga masuk dalam struktur kepengurusan DPW PKB Jatim pimpinan Imam Nahrawi. Almarhum meninggalkan seorang istri dan 7 anak putra/putri.(aris)