Acara khusus untuk mengenang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Tokoh Nasional dan Pendiri Kementerian Kelautan digelar di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Jum’at (23/4) pagi tadi. Acara diawali dengan penampilan shalawat badar yang dilantunkan oleh kelompok nasyid dan dipadu dengan tarian barongsai, lalu dilanjutkan seminar tentang pemikiran dan trobosan Gus Dur di bidang kelautan.
Acara yang dirancang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad ini dihadiri oleh Mantan Menteri Kelautan Sarwono Kusuma Atmaja, Ketua Komisi IV DPR RI Ahmad Muqowwam, dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.<>
Fadel dalam sambutannya mengatakan, pihaknya ingin menelusuri lebih mendalam maksud can cita Cita Gus Dur mendirikan departemen atau kementerian khusus di bicang kelautan. “Kami ingin menelusuri lebih jauh pemikiran beliau kenapa ujug-ujug mendirikan kementerian khusus yang membidangi soal laut,” katanya.
Menurutnya, pantas meninjau kembali pemikiran Gus Dur untuk menentukan arah dan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan ke depan.
Ketua Komisi IV DPR RI Ahmad Muqowwam mengatakan, sebelum Gus Dur memunculkan kelautan sebagai bidang penting untuk ditangani pemerintah, laut hanya dianggap sebagai saranan transportasi dan belum digarap sebagai potensi ekonomi dan maritim.
Mantan Menteri Kelautan Sarwono Kusuma Atmaja menyampaikan, para pendiri bangsa berhasil menciptakan 'Wawasan Nusantara' namun belum berhasil menggolkan Indonesia sebagai negara maritim.
“Baru Gus Dur yang mampu menggolkan ini. Gus Dur justru memikirkan pa yang tidak dipikirkan orang. Kalau kelautan sudah menonjol waktu itu mungkin Gus Dur tidak perlu memikirkan itu,” katanya.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menekankan, dalam Islam tiga hal yang harus dipikirkan secara serius oleh negara dan harus dikuasai oleh negara untuk menyejahterakan rakyatnya, yakni air, api dan rumput.
“Air itu juga menyangkut bidang kelautan, api juga menyangkut persoalan minyak, sementara rumput mengangkut aspek kehutanan. Untuk tiga hal ini jangan sampai main-main karena menyangkut hajat hidup orang banyak,” katanya di hadapan para pejabat tinggi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Acara mengenang Gus Dur itu juga diakhiri dengan penampilan shalawat badar yang dilantunkan oleh kelompok nasyid dan dipadu dengan tarian barongsai. Ahmad Muqowam sempat berkomentar, “Kalau tidak ada Gus Dur, nggak mungkin shalawat badar bisa campur sama barongsai begini.” (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua