Warta

Kapitalis Diminta Junjung Etika

NU Online  ·  Sabtu, 26 Januari 2008 | 11:00 WIB

Davos, NU Online
Para kapitalis dunia diminta menjunjung etika bisnis, termasuk menegakkan tanggung jawab korporasi, ketimbang memikirkan untung semata. Dunia sarat dengan persoalan, yang memerlukan perhatian besar.

Korporasi yang bertanggung jawab adalah salah satu topik yang mengemuka dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Jumat (25/1). Pada hari ketiga, forum ini membahas isu kesehatan, utang luar negeri berkembang, dan masalah pembangunan.<>

Bintang rock Bono, miliuner filantropis Bill Gates, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengalihkan topik, dari isu ekonomi global, geopolitik, ke masalah nyata di berbagai negara, seperti pencegahan malaria, kemiskinan, dan perubahan iklim.

Ban Ki-moon menantang hadirin, sebagian besar adalah orang yang berkuasa di bisnis dan di pemerintahan, untuk mewujudkan komitmen mencapai target Tujuan-tujuan Pembangunan Abad Milenium (Millennium Development Goals/MDGs), yang dicanangkan PBB.

MDGs itu harus dicapai berbagai negara, yang menjadi lokasi bagi 1,2 miliar penduduk termiskin di dunia, terutama di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia. Namun, PBB mengimbau, agar negara-negara pemilik penduduk miskin itu bisa bergerak, maka bantuan, pengurangan utang, serta akses perdagangan bagi negara berkembang diberikan.

MDGs bertujuan mengurangi penduduk miskin dunia, mendorong pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan wanita. Semua hal itu memiliki target yang harus dicapai pada 2015. Namun, banyak negara yang diduga tak akan mampu mencapai target yang sudah disusun karena berbagai persoalan. ”Ada banyak negara yang tak bisa mengejar target. Kita membutuhkan ide- ide dan pendekatan baru,” kata Sekjen PBB.

Davos telah memiliki citra, di mana para kapitalis digambarkan berperikemanusiaan. Di Davos, bermunculan janji-janji untuk memerhatikan persoalan yang dihadapi warga miskin dan negara terbelakang. Namun, kemudian semua perhatian itu tak terwujud.

Bono berbicara keras tentang kegagalan global untuk memenuhi janjinya. ”Adalah saatnya bertindak lebih nyata daripada sekadar memberi pernyataan moral. Saya ingin mewujudkan pernyataan itu menjadi tindakan nyata dan yang mengikat,” kata Bono.

Bill Gates menyumbang lagi

Di Forum itu, Peter Sands, Chief Executive Standard Chartered (bank besar asal Inggris), menegaskan agar para manajer korporasi menjalankan tanggung jawab sosial korporasi (corporate social responsibility/CSR). Ia mengatakan agar CSR agar menjadi tugas utama korporasi.

”Jika kita melupakan tanggung jawab melayani pelanggan dan menciptakan nilai... kita akan tergusur dari pekerjaan kita,” kata Sands.

Di Davos, Bill Gates, peserta paling terkenal di forum itu, kembali mengumumkan pemberian bantuan terbaru. Sekitar 306 juta dollar AS (sekitar Rp 2,8 triliun) ia hibahkan untuk sektor pertanian di negara miskin. Sebelumnya, Gates memfokuskan bantuannya ke bidang kesehatan.

”Jika kita serius menghapuskan kemiskinan dan kelaparan di berbagai negara, kita harus serius melakukan transformasi di sektor pertanian, yang pada umumnya digeluti para wanita,” kata Gates.

IMF dan Bank Dunia dihardik

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, seperti dilaporkan harian Kompas, juga menyerukan agar reformasi dilakukan terhadap Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) serta PBB. ”Lembaga-lembaga ini dibentuk untuk mengatasi persoalan yang terjadi pada dekade 1940-an. Namun, semua lembaga ini tak bisa mengatasi persoalan yang terjadi pada tahun 2008,” kata Brown.

Masalah itu antara lain munculnya negara-negara dengan berbagai konflik domestik dan internasional, munculnya terorisme nonnegara dan wabah penyakit global. ”Saya tidak bisa mengerti mengapa Bank Dunia tidak bisa berperan langsung menjadi lembaga yang mampu mengatasi lingkungan dan masalah-masalah pembangunan,” demikian kata Brown.

Brown juga mengatakan negara-negara maju tidak terlihat memberikan perhatian pada target-target MDGs.

Sekjen PBB mengatakan, pada September 2008 ia akan memberikan perhatian lebih besar pada MDGs. ”Kita akan mengumpulkan para pemimpin dunia untuk dimintai tanggung jawab untuk bertindak. Kita harus mempertegas lagi komitmen yang sudah ada,” demikian kata Sekjen PBB.

Brown mengatakan, pada Mei mendatang Inggris akan menjadi tuan rumah perusahaan swasta soal apa yang bisa mereka kontribusikan untuk memenuhi target MDGs, mengatasi kemiskinan dan pembangunan.

”Ini adalah seruan yang unik dan tidak pernah dilakukan sebelumnya. Perusahaan maupun badan pemerintahan berkumpul bersama,” kata Brown.

Ia juga menyerukan bahwa dunia perlu mencegah proteksionisme. Tujuannya adalah untuk melahirkan sistem perdagangan yang adil, tidak saja bebas, demi kemajuan di negara berkembang.

Sebelumnya juga dibahas soal dunia, yang kini tidak lagi lagi memiliki multikutub (multipolar) tetapi satu kutub, di mana AS adalah penguasa utama. ”Kita tak hidup di dunia yang multipolar tetapi nonpolar, ” kata John Chipman, Direktur Jenderal International Institute for Strategic Studies (London).

Sebagai kekuatan tunggal, kata Chipman, AS tidak mendapatkan dukungan kuat untuk menjalankan agenda-agenda global.

Wu Jianmin, Presiden China Foreign Affairs University, juga menuding Barat yang suka memecah belah negara. (dar)