Warta

Kang Said: Jabatan Strategis harus Direbut Orang NU

NU Online  ·  Senin, 31 Mei 2010 | 08:22 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia harus mampu menunjukkan peran-peran strategisnya dalam masyarakat guna memperjuangkan nasib jutaan umat yang menjadi pengikutnya.

Upaya memperjuangkan nasib warga NU ini bisa dicapai jika banyak warga NU yang menduduki posisi strategis dalam pengambilan kebijakan di negeri ini.<>

“Semua jabatan strategis harus kita rebut, harus kita perjuangkan, bila perlu ketua partai semuanya orang NU, dari presiden sampai lurah semuanya orang NU, tapi tak boleh merangkap jabatan di NU-nya,” paparnya.

Namun ia mengingatkan ketika ada pilkada, NU jangan dijadikan alat memenangkan salah satu calon, tapi mengayomi semuanya. “Syukur kalau yang menang dari warga NU. Calon bupati mari kita perjaungkan yang dari orang NU, tapi jangan pakai atas nama cabang NU. Atas nama tahlilan atau majelis taklim boleh,” imbuhnya.

Dijelaskannya, nawaitu (niat) para ulama ketika mendirikan NU bukan untuk merebut kekuasaan, tetapi untuk membangun masyarakat, terutama membangun masyarakat pesantren yang masih tertinggal dalam berbagai hal, termasuk kesejahteraannya.

Dalam perjalanannya NU pernah menjadi partai politik, tetapi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, ternyata banyak agenda politik yang keteteran dan kedodoran sehingga dalam munas NU di Situbondo tahun 1982, memutuskan kembalinya NU ke khittah 1926.

“Silahkan berpolitik, tetapi tidak boleh rangkap jabatan, harus mengundurkan diri,” tandasnya.

Sejumlah partai yang dipimpin oleh kader NU diantaranya adalah Muhaimin Iskandar di PKB, Suryadharma Ali di PPP dan Anas Urbaningrum di Partai Demokrat.

Saat ini sejumlah kader NU juga menduduki posisi di kementerian strategis seperti di Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, Kementerian PDT, kementerian Menakertrans. Kader NU juga menjadi gubernur, walikota dan bupati, salah satunya adalah gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang merupakan mantan ketua PWNU DKI Jakarta. (mkf)