Warta

Kampanye PKNU dengan Ziarah dan Tahlil

NU Online  ·  Jumat, 20 Maret 2009 | 04:03 WIB

Brebes, NU Online
Ada cara unik yang dilakukan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) dibandingdengan parpol lain. Keunikan tersebut, yakni dengan cara menggelar ziarah kubur dantahlil yang berlangsung Kamis (19/3) siang.

Dengan berpakaian muslim, sedikitnya 100 simpatisan partai nomor urut 34 itu,
berawal di Makam tokoh NU Jatibarang Brebes KH Sya'roni. Mereka membaca Tahlil yang dipimpin KH Saidi Rois yang juga adik kandung Pengasuh Ponpes Kaliwungu Kendal KH Dimyati Rois.<>

Usai memimpin Tahlil, KH Saidi Rois menyatakan bahwa perpolitikan di Indonesia sudah mati. Kematian tersebut diakibatkan oleh politik yang kotor. Kotoran tersebut telahmenimbulkan 'penyakit' bagi ibu pertiwi. Sehingga mati. “Kotoran itu berupa politikuang, sekecil apapun money politik itu akan menjadi penyakit. Dan kasihan rakyat,” kata Kiai Saidi Rois.

Dia berharap ulama bisa menjadi filter (pembersih) dari politik yang kotor. Sehinggabangsa ini bisa terselamatkan. “Nah PKNU adalah jawabannya. Ulama kembali bangkitmenyelematkan bangsa ini,” tandasnya.

Kampanye terbuka itu dipandegani Sekretaris DPP PKNU Andi Najmi Fuaidy. Dia
mengatakan, sebagai partai islam, mengutamakan penghormatan kepada para ulama baikyang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

Kampanye tersebut dipantau aparat Brimob Polwil Pekalongan dan Panwaskab Brebes.Kepada para simpatisannya, Andi memberikan metode kampanye simpatik. Dia melarangsimpatisan PKNU untuk arak-arakan.

Setelah itu, kampanye dilanjutkan mengunjungi sejumlah pasar tradisional. Di pasar,peserta kampanye diimbau menyapa banyak orang dan bersalaman dengan mereka. "Inisesuai dengan tradisi kiai untuk mencitrakan moral Islam dalam berinteraksi dengansemua warga, siapapun mereka," ucap Andi.

Dengan metode ini, maka secara kultural PKNU sudah berusaha memberikan yang terbaik kepada simpatisan. Dengan tahlil, semata-mata untuk mencari keridloannya dalam ikhtiar menjadi wakil rakyat. Sehingga dia senantiasa mengajarkan kepadasimpatisannya untuk menghormati para ulama salah satunya dengan tahlil.

"Kampanye ini adalah melangsungkan tradisi NU sebagai cermin Islam Ala AhlussunahWal Jamaah. Sehingga citra ulama yang terjun dalam ranah politik, tetap membawawarisan Nabi,” pungkasnya. (was)