Warta

Kalangan Intelektual diharapkan Berperan Lebih Aktif dalam NU

NU Online  ·  Selasa, 11 Januari 2005 | 13:19 WIB

Jakarta, NU Online
Selama ini NU banyak berorientasi politik baik karena desakan situasi maupun minat pribadi, sehingga seolah Khttah NU sebagai organisasi sosial keagamaan terabaikan. Belajar dari pengalaman tersebut, untuk pengurusan mendatang diharapkan NU lebih konsentrasi menangani bidang ssosial budaya dan keagamaan.

Demikian dikatakan Katib Aam Syuriah Nahdlatul Ulama Prof.Dr. Nazaruddin Umar kepada NU Online, Selasa (11/05).

<>

Untuk menjalankan langkah tersebut, menurut Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini, NU ke depan harus berani memerankan kelompok intelektual, terutama dari kalangan mudanya, yang selama ini telah berpikir dan berkiprah sangat besar di luar, tetapi belum bersentuhan dengan NU secara struktural.

Kesenjangan antara pengurus NU dengan kalanagan intelektual, yang bergerak di tataran kultural ini harus dijembatani, terutama oleh para pengurus NU sekarang yang melibatkan banyak kalangan intelektual dari perguruan tinggi.

Dengan demikian, dosen UIN Syarif Hidayatullah itu berharap NU bisa setahap lebih maju. “Memang hingga saat ini memajukan NU masih merupakan program besar, sejak penataan manajemen administrasi, ini yang harus di tata lebih dulu, sebab ini dapurnya NU, baru kemudian menata manajemen kepemimpinan,” ungkapnya.

Dengan adanya penataan manajemen tersebut, menurut akademisi yang akrab dipanggil dengan Nazar ini, semua elemen dan potensi NU perlu lebih  didayagunakan secara lebih intensif.  Sebab langkah maju yang ada di kalangan kelompok kultural tersebut harus diintegrasikan dengan gerak kalangan struktural, agar NU benar-benar bisa maju, dan tidak jalan sendiri-sendiri.

Nazar juga menambahkan, bahwa  kemajuan yang dicapai di pusat itu  diharapkan segera bisa ditularkan ke daerah, agar NU daerah bangkit kembali.

Ia juga sangat mendukung kalangan NU yang telah merintis Nu Studies, sebab dari aktivitas itu pelurusan penulisan sejarah dan khususnya sejarah NU bisa dilakukan. “Tidak seperti  selama ini, NU hanya dikonstruksi orang lain, sehingga kesannya NU sangat buruk, maka sudah saatnya NU mampu mengonstruksi dirinya sendiri, tanpa harus membesar-besarkan, tetapi secara wajar dan apa adanya, dengan demikian harga diri NU bisa dibangkitkan,” tegasnya.

Penegasan Nazar bukan tanpa alasan, sebab menurutnya,  kelompok lain menulis NU berdasarkan kepentingannya sendiri, maka kalangan NU sendiri yang akan mampu mengonstruksi sejarah NU.

Ia berharap agar kalangan intelektual muda NU saat ini mau bergabung masuk dalam struktur NU melalui lembaga-lembaga yang ada, agar pemikiran tersebut terwadahi, dan sekaligus mampu mendorong gerbong pemikiran NU. Dengan demikian diharapkan citra NU sebagai organisasi ulama yang otoritatif dan berwibawa bisa dipulihkan kembali. Demikian Nazaruddin Umar mengakhiri dialognya dengan NU Online (Bregas)