Warta

Kagum dengan Kemandirian Pesantren, Muslim Taiwan Kunjungi PBNU

NU Online  ·  Kamis, 19 Februari 2009 | 06:01 WIB

Jakarta, NU Online
Pegurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kehadiran CMA (Chinese Moslem Association) di kantor PBNU, Senin (16/2) lalu. Imam Ishaq Ma selaku Sekjen CMA tiba di kantor PBNU didampingi Saiful Ahmar, pejabat Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taiwan dan disambut beberapa pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU.

Ini adalah kunjungan balasan CMA setelah lima bulan sebelumnya (Oktober 2008), PBNU berkunjung ke Taiwan dalam rangka peresmian Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan.<>

Rombongan dari CMA dan KDEI Taiwan diterima di ruang Sekretaris Jenderal (Sekjen) di lantai tiga dan disambut oleh Drs H Masrur Ainun Najih (Wakil Katib Syuriah), Dr Endang Turmudzi, MA (Sekjen), Drs H Taufiq R. Abdullah (Wakil Sekjen), Ing HM Iqbal Sullam (Wakil Sekjen), dan Emha Nabil Haroen (Mustasyar PCI NU Taiwan).

Ishaq Ma juga mengaku sudah tidak asing lagi bertemu dengan beberapa orang di PBNU. “Beberapa waktu lalu ketika di Taiwan saya bertemu KH. Hasyim Muzadi, H. Masrur, dan Ust. Nabil,” ujarnya sambil tertawa.

Sayangnya Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi tidak bisa menyambut para tamu istimewa itu.

“Sebenarnya, Ketua Umum PBNU (KH Hasyim Muzadi) telah mengetahui kedatangan CMA ini. Hanya saja beliau meminta maaf tidak bisa secara langsung menyambut karena beliau sedang bertugas di Mataram, Nusa Tenggara Barat,” tambah Wakil Katib Syuriyah PBNU H Masrur Ainun Najih mewakili PBNU.

Dalam pertemuan yang berlangsung tiga jam itu, Ishaq Ma banyak bertanya mengenai sejarah dan manajemen pesantren.

“Ada dua model pesantren di Indonesia. Pertama, pesantren yang menerbitkan ijazah yang bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lain. Kedua, pesantren yang tidak menerbitkan ijazah. Tapi yang dikedepankan adalah pendidikan akhlakul karimah dan karakter kemandirian yang kuat,” jelas Sekjen PBNU, Endang Turmudzi.

CMA juga kagum atas kemandirian pesantren-pesantren di Indonesia, “Saya kagum ada pesantren yang tidak mau menerima bantuan pemerintah tapi tetap bisa bertahan dengan kemandirian dan swadayanya sendiri,” ujar Ishaq Ma sambil menggelengkan kepalanya.

Sebelum berpamitan, CMA menyerahkan cindera mata kunjungannya kepada PBNU yang diterima langsung oleh Sekjen PBNU. Tak mau kalah dengan CMA, PBNU juga menyerahkan kenang-kenangan berupa profil NU dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. (bil/nam)