Warta FLU BABI

Jangan Pojokkan Pesantren

NU Online  ·  Ahad, 9 Agustus 2009 | 03:03 WIB

Malang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al Islahiyah Singosari, Malang, Imron Rosyadi Hamid berkeberatan jika pondok pesantren dikesankan menjadi pusat penyebaran flu H1N1 (flu babi) dan harus dijauhi masyarakat.

Hal ini disampaikannya menyusul pernyataan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang untuk mengurangi kunjungan ke sejumlah Pondok Pesantren di Kabupaten Malang terkait penyebaran penyakit influenza tipe A H1N1. Pernyataan ini dinilai berlebihan, tidak adil, dan mendiskreditkan pesantren.<>

“Faktanya, bisa jadi virus H1N1 tersebut tidak hanya ada pada sampel santri yang diambil. Bisa jadi masyarakat yang juga menderita menderita flu babi, tapi tidak terekspos dan belum diperiksa,” terangnya, seperti dikutip Harian Surya, Sabtu (8/8).

Ia juga menilai Dinkes Kota Malang terlalu reaktif dan menganggap seakan-akan penyakit flu babi sebagai penyakit yang sangat menakutkan sehingga pesantren harus dijauhi. Padahal, flu babi masih lebih ‘jinak’ dibanding flu burung.

“Kami memahami pemerintah daerah memperingatkan masyarakat agar waspada, tetapi mohon pesantren jangan dipojokkan,” tegas pengasuh sekitar 600 santri ini.

Imron pun meyakinkan, bahwa seluruh santrinya kini telah sembuh total dan mengikuti pelajaran. Kalaupun baru-baru ini Dinkes Kabupaten Malang mengeluarkan pernyataan bahwa santri Ponpes Al-Islahiyah positif flu babi, sampel air liur dan darah itu diambil 10 hari yang lalu. "Sekarang semuanya sudah sembuh, jadi tidak ada yang harus dikhawatirkan,” tegasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam, Thoriq Darwis pun menegaskan, seharusnya Dinkes tidak hanya mengambil sampel darah dan air liur penderita flu di ponpes, tapi juga mengambil sampel penderita flu dalam populasi masyarakat.

“Nyatanya flu juga menyerang masyarakat. Coba masyarakat diambil sampelnya secara random. Jadi tidak hanya pesantren yang disudutkan,” terangnya.

Dengan adanya warning yang berlebihan itu, Thoriq mengkhawatirkan masyarakat lantas beranggapan semua ponpes di Kabupaten Malang menjadi tempat penyebaran penyakit flu babi meskipun santri di Babussalam telah dinyatakan positif flu babi.

“Saat ini santri kami sudah membaik, dan mengganti tamiflu dengan obat biasa. Terlepas dari ketidakadilan yang kami rasakan, kami tetap melaksanakan instruksi dinkes agar santri diobati hingga sembuh benar,” jelas pengasuh 700 santri ini. (sam)