Jalan ke Makam Mbah Mesir Jadi Pasar Kaget
NU Online · Ahad, 27 September 2009 | 09:32 WIB
Jalan menuju Makam Syekh Abdul Mahsyir alias Mbah Mesir di Desa Durenan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, terlihat menjadi pasar kaget. Para pedagang dadakan menggelar dagangannya berupa mainan anak-anak, pakaian, dan aneka penganan yang memadati jalan menuju makam tokoh agama yang menyiarkan ajaran Islam di wilayah "Mataraman" pada awal tahun 1900-an itu, sejak Ahad pagi.
   Â
Mereka memanfaatkan momentum berduyun-duyunnya masyarakat yang merayakan Lebaran Ketupat di Durenan. Menurut KH Muhammad Hasan, salah satu cucu Mbah Mesir, tradisi itu dilakukan kakeknya sejak dahulu kala.<>
   Â
"Biasanya, setiap tujuh hari setelah lebaran, kakek saya itu diundang oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda ke Pendapa Kabupaten Trenggalek untuk membicarakan situasi dan kondisi masyarakat," katanya. Sementara itu, masyarakat menunggu kedatangan Mbah Mesir di kediamannya di Desa Durenan untuk sekadar meminta doa dan mendengarkan hasil perundingannya dengan pemerintah kolonial.
   Â
"Masyarakat selalu berduyun-duyun di rumah Mbah Mesir. Setelah berdoa bersama dan menyampaikan hasil perundingannya, mereka menyantap hidangan ketupat setelah sebelumnya berpuasa sunat selama tujuh hari," kata pengasuh Ponpes Al Kautsar, Durenan itu.
   Â
Kini, tradisi itu dilestarikan oleh masyarakat Durenan. Setiap lebaran ketupat, masyarakat Desa Durenan dan sekitarnya menggelar simakrama (open house).
   Â
"Ada yang mengusulkan kepada kami agar tradisi itu dikemas dalam bentuk pengajian bersama dengan menggandeng beberapa sponsor, tapi saya tolak," kata Hasan. Ia khawatir tradisi itu akan luntur kalau dikemas dalam bentuk pengajian atau kegiatan lainnya. "Biarkan saja, seperti ini agar masyarakat Desa Durenan bisa merayakannya bersama masyarakat lainnya. Kalau nanti dibuat pengajian, malah tradisi ini akan hilang," katanya.
  Â
Selain menikmati hidangan ketupat sayur lengkap dengan opor ayam, masyarakat yang merayakan Lebaran Ketupat di rumah warga Desa Durenan menyempatkan diri berziarah ke makam Mbah Mesir. Mbah Mesir adalah putra dari Yahudo, seorang prajurit dalam Perang Diponegoro yang lari dari kejaran serdadu Belanda, saat Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Makassar.
   Â
Mbah Mesir berasal dari Lorok, Kabupaten Pacitan, yang mendirikan sebuah pondok pesantren di Desa Durenan dan menyiarkan ajaran Islam di wilayah Mataraman. Sejumlah pendiri pondok pesantren besar di Jatim, seperti Lirboyo, Jampes, Ploso, dan lain sebagainya pernah "berguru" kepada Mbah Mesir.
Sementara itu, tradisi simakrama warga Durenan juga banyak dimanfaatkan para pemudik yang melintas di ruas jalur Tulungagung-Trenggalek pada saat Lebaran Ketupat. Hal itulah yang mengakibatkan kemacetan panjang di ruas jalur itu. (ant/mad)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua