Israel Gugat Hezbollah Terkait Pertukaran Tahanan

Tel Aviv, NU Online
Suasana duka terasa di Tel Aviv ketika dua jenazah tentara—Ehud Goldwasser dan Eldad Regev—kembali ke Israel. Sebaliknya, suasana sukaria ingar-bingar lengkap dengan kembang api menyambut kembalinya lima anggota Hezbollah yang selama ini menjadi tahanan Israel. Bersama lima tahanan yang disambut bak pahlawan itu, Israel juga mengembalikan 199 jenazah anggota Hezbollah.

BBC News, Kamis (17/7), menyebutkan, pertukaran tahanan itu menyakitkan rakyat Israel. Bahkan, pemerintah pun mengakui kesepakatan itu sebenarnya tidak adil mengingat 199 jenazah dan 5 tahanan ”hanya” ditukar dengan dua jenazah tentara. Rakyat Israel menilai pemerintah telah membayar terlampau mahal. Namun, pemerintah tidak punya pilihan lain karena sudah telanjur berjanji mengembalikan setiap tentara yang maju ke medan perang dalam kondisi hidup atau mati.<>

Namun, alasan ini tidak bisa diterima. Masyarakat Israel khawatir akan semakin banyak tentara atau warga Israel yang ditangkap dan disandera jika pemerintah lemah dan tidak punya posisi tawar yang kuat. Oleh karena itu, banyak pihak di Israel yang menggugat kebijakan Pemerintah Israel untuk membawa pulang semua tentara dengan cara apa pun. Sebenarnya, bukan kali ini saja Israel menyepakati pertukaran tahanan dengan posisi tidak imbang. Israel pernah mengembalikan 4.600 warga Palestina dan Lebanon yang ditahan tahun 1983 untuk ditukar dengan enam tentara Israel yang ditangkap.

”Kalau kita masih bersikap seperti ini, jumlah tentara yang disandera pasti semakin banyak karena akan menguntungkan dan bisa menjadi senjata untuk menekan Israel,” kata pakar keamanan Israel, Martin Sherman.

Pertukaran tahanan Israel dan Hezbollah itu akan berpengaruh pada negosiasi pembebasan tentara Israel, Gilad Schalit, yang disandera Hamas di Jalur Gaza. Berbeda dengan Goldwasser dan Regev, Schalit diyakini masih hidup. Dengan kesepakatan Israel-Hezbollah, Israel khawatir Hamas akan ”pasang harga” lebih tinggi untuk pembebasan Schalit. Bisa jadi Israel akan diminta membebaskan sekitar 10.000 warga Palestina.

Namun, Ketua Jurusan Ilmu Politik di Universitas Bar Ilan, Tel Aviv, Gerald Steinberg tidak yakin Hezbollah akan menyandera lebih banyak tentara Israel sebagai imbalan pertukaran tahanan. Pasalnya, Hezbollah juga menderita dan merugi saat berperang dengan Israel. ”Saya kira Hezbollah tidak akan pakai taktik yang sama,” ujarnya.

Sebenarnya yang paling membuat gemas Israel adalah pembebasan 5 tahanan (Lebanon), terutama tahanan paling lama di Israel, anggota Front Pembebasan Palestina, Samir Kantar (45), yang dipenjara saat berusia 17 tahun. Ia didakwa dengan hukuman penjara 542 tahun karena melakukan 3 pembunuhan di Nahariya tahun 1979.

Mengingat tragedi itu, tak ada yang menduga Kantar dibebaskan. Meski pertukaran tahanan itu menuai kecaman, banyak pihak menilai upaya itu justru akan mendongkrak popularitas Perdana Menteri Israel Ehud Olmert yang ada di ujung tanduk akibat skandal korupsi.

Selain menggugat ketidakadilan pertukaran tahanan, banyak pihak juga menggugat posisi negosiasi yang tidak imbang antara Israel dan Hezbollah. Kedua belah pihak tidak berada pada posisi yang sama. Seharusnya Israel berunding dengan Lebanon. Namun, menurut Hezbollah, Lebanon tidak perlu ikut campur karena selama ini Lebanon tidak berupaya membebaskan warganya melalui jalur diplomasi.

Pakar antiterorisme di Pusat Kebijakan Timur Tengah Saban di The Brookings Institution, Daniel L Byman, saat diwawancarai Council on Foreign Relations (29 Mei 2008), mengatakan Lebanon absen dari negosiasi itu karena Hezbollah lantas menjadi gerakan politik tunggal terkuat di Lebanon. ”Suriah saja tidak berani melawan Hezbollah dan butuh Hezbollah karena Hezbollah punya dukungan massa yang sangat kuat,” kata Byman, mantan konsultan politik di CIA. (kcm/atj)