Isra Mi’raj Hanya Dimaknai Sebagai Momen Berlibur
NU Online · Selasa, 21 Juli 2009 | 07:53 WIB
Perjalanan beribu-ribu mil Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dilanjutkan perjalanan menuju Sidratul Muntaha merupakan peristiwa sangat penting bagi umat Islam di seluruh dunia.
Umat Islam memperingati peristiwa Isra untuk rute perjalanan Masjidil Haram-Masjidil Aqsa dan Mi’raj untuk rute Masjidil Aqsa-Sidratul Muntaha setiap tanggal 27 Rajab tahun Hijriah atau jatuh pada Senin, 20 Juli 2009.<>
Peristiwa itu menjadi penting, bukan saja lantaran cepatnya waktu tempuh yang sulit dinalar oleh akal manusia di zaman itu, melainkan ada momen bersejarah menyangkut keyakinan dan tolok ukur sebuah ketakwaan.
Perjalanan yang dilakukan Rasulullah pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian atau 11 tahun setelah Muhammad diangkat sebagai rasul telah menimbulkan sentimen negatif dari kalangan kafir Quraisy.
Bahkan, Nabi Muhammad saw. dicap sebagai orang yang tidak waras. Tentu kaum Quraisy tidak akan percaya, mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem ditempuh hanya dalam waktu satu malam, ditambah lagi perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Saat itu belum ada alat transportasi canggih seperti saat ini.
Apa pun alasan Rasulullah, bahwa perjalanannya menggunakan kendaraan bernama "Buraq", tak akan mampu meyakinkan hati kaum Quraisy. Kecuali hanya seorang Abu Bakar ra. yang memercayai cerita Rasulullah itu.
Atas dasar keyakinan tanpa syarat dalam menyikapi peristiwa yang dialami oleh Rasulullah itulah, Abu Bakar diberi gelar "asshiddiq" atau selalu percaya pada setiap perkataan Nabi Muhammad saw.
Makna perjalanan Isra Mi’raj selanjutnya adalah perintah menjalankan ibadah salat. Dalam perjalanan Mi’raj menuju ke tempat tertinggi di Sidratul Muntaha, dikisahkan Nabi Muhammad saw mendapat perintah dari Allah Swt. untuk menyerukan kewajiban salat hingga 50 kali sehari.
Pada saat itu, Nabi Musa as. datang dan berkata bahwa perintah itu teralu berat bagi umat Muhammad. Untuk itu dia menyuruh Muhammad meminta keringanan kepada Allah. Singkat cerita, kewajiban menjalankan salat itu dikurangi dari 50 kali menjadi 45 kali hingga menyisakan lima waktu, yakni subuh sebanyak dua rakaat, zuhur (4), asar (4), magrib (3), dan isya (4).
"Sayangnya dua hikmah penting yang terkandung dalam Isra Mi’raj itu kini sudah mulai dilupakan. Umat Islam sekarang menganggap, peringatan Isra Mi’raj hanya sebagai hari libur belaka," kata Ustaz M. Syukron, staf pengajar Ponpes Al Falah, Lebak, Kabupaten Pasuruan.
Dulu Isra Mi’raj selalu diperingati dengan beragam kegiatan, mulai dari pembacaan Maulid Diba`i hingga pengajian-pengajian di surau, masjid, dan rumah-rumah warga.
"Sekarang lihat saja tempat-tempat wisata, selalu ramai dikunjungi orang. Padahal seharusnya saat seperti ini dijadikan hari ulang tahun perintah salat. Kemudian kita berintrospeksi, bagaimana ibadah kita selama ini," katanya di Pasuruan, Senin malam.
Pernyataan Syukron tidaklah berlebihan karena peringatan Isra Mi’raj 1430 H ini jatuh pada Hari Senin. Itu berarti, libur panjang akhir pekan bagi sebagian orang.(ant/mad)
Terpopuler
1
Koordinator Aksi Demo ODOL Diringkus ke Polda Metro Jaya
2
Inilah Niat Puasa Asyura Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
3
5 Doa Pilihan untuk Hari Asyura 10 Muharram, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
4
Khutbah Jumat: Memaknai Muharram dan Fluktuasi Kehidupan
5
Khutbah Jumat: Meraih Ampunan Melalui Amal Kebaikan di Bulan Muharram
6
10 Muharram Waktu Terjadinya 7 Peristiwa Penting Para Nabi
Terkini
Lihat Semua