Warta

HTMI PBNU-AYS NET Gelar Halaqoh Kebangsaan

NU Online  ·  Sabtu, 2 Oktober 2004 | 07:04 WIB

Jakarta, NU Online
Sekarang ini sangat mendesak untuk menghentikan penodaan terhadap dunia Muslim melalui penggambaran stereotip yang tidak adil. Meningkatnya kecenderungan untuk mengaitkan antara terorisme dan Islam justru sangat merusak upaya perdamaian.

Hal tersebut diungkapkan ketua panitia Halaqoh Kebangsaan Saefudin Asmara didampingi sekretaris panitia Rokib Ismail  kepada NU Online, sehubungan dengan persiapan pelaksanaan kegiatan Halaqoh kerja bareng PP HTMI PBNU-AYS net dengan tema "Hentikan Terorisme dan Radikalisme Atas Nama Islam" di Jakarta Media Center, Sabtu 9 Oktober mendatang.

<>

Menurut Saefudin, tindak kekerasan yang amat keji terhadap kemanusiaan, seperti kasus ledakan bom di depan Kedubes Australia beberapa waktu lalu, merupakan perbuatan biadab yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan agama manapun di dunia ini. Tindak kekerasan tidak berperikemanusiaan ini sangat memilukan, karena korbannya lagi-lagi adalah orang-orang tak berdosa.

Karena itu, seluruh rakyat dan umat Islam Indonesia sangat menentang setiap pihak yang ingin mencampuradukkan tragedi bom. "Antara sentimen agama dengan tindak kekerasan, harus dipisahkan. Sedangkan teroris dalam segala bentuk, secara tegas ditentang oleh agama , termasuk bentuk kekerasan lainnya. Karena itu, pemerintah harus secara cermat, dan serius mengusut kasus ini dan terhadap pelakunya harus ditindak tegas, tanpa pandang bulu," tegasnya.

Mantan aktivis PMII ini  juga menegaskan perlu adanya upaya yang lebih keras dan dengan niat baik untuk mengatasi akar permasalahan terorisme. Untuk itu kerjasama dan pamahaman dialog yang seimbang, upaya penegakan hukum dan demokratisasi di dalam negeri merupakan jalan yang bisa mencapai situasi damai dan menciptakan ketenangan. Sedangkan konfrontasi atas dasar agama atau dasar-dasar lainnya, hanya akan menimbulkan kericuhan dan pertengkaran.

Dalam kaitan itulah Hai'ah Ta'miril Masajid Indonesia (PP HTMI) selaku lembaga dibawah NU yang mengurus aktifitas keagamaan dan fungsi sosial masjid ini bersama AYS-Net sebuah jaringan pemuda dan mahasiswa se Asean menggagas Halaqoh kebangsaan ini. Selain itu halaqoh juga akan mengangkat isu-isu yang dapat di jadikan masukan bagi umat Islam dalam mengkomunikasikan citra Islam yang cinta damai dalam menghadapi kecenderungan politik internasional  dan problem radikalisme Islam di Indonesia.

"Kita harus menghilangkan asosiasi Islam dengan kekerasan, kemiskinan, dan tidak punya harga diri. Sebab, kenyataannya masalah terorisme ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Islam. Persoalan itu juga tidak secara eksklusif adalah menjadi milik kaum Muslim," tegas lulusan Fakultas Ushuludin Undar Jombang ini.

Dijelaskan juga, dengan Halaqoh ini diharapkan kesadaran bersama untuk mengelola dunia masa depan dengan baik dan adanya aksi bersama yang dapat memberikan jalan keluar dari munculnya tindakan kekerasan. "Kita perlu menjernihkan kebingungan atas dikaitkannya masalah masalah yang dihadapi negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia dengan agama Islam," ungkapnya.

Sementara itu tema yang akan diusung dalam halaqoh, Islam Menentang Terorisme dan Radikalisme dengan Pembicara Prof. Dr KH. Said Aqiel Siradj dan Prof. Dr. Qodry Azizy, MA.  Sessi kedua Ancaman Terorisme dan Penanggulangannya dengan pembicara dengan pembicara Irjen Pol. Ansyaad Mbay dan Kompol Gories Mere (Datasemen Anti Teror POLRI). Hadir juga sebagai pembicara dari kalangan LSM, Drs. S.Yunanto M.Si (RIDEF Institue) membahas Civil Society, Masjid dan Strategi Kebudayaan dan Sessi terakhir dari kalangan akademisi dengan tema Radikalisasi Islam, Terorisme dan Kepercayaan Internasional yang dibawakan oleh Dr. Mohammad Ihsan (FE UI) dan Dr. Marty Natalegawa (juru bicara Deplu RI).

Halaqoh ini terbuka untuk umum, baik untuk kalangan ormas, LSM, Organisasi Pemuda dan Mahasiswa, Duta Besar, Pejabat Pemerintah, Pejabat Legislatif dan dari kalangan partai politik. "Insya Allah halaqoh akan dibuka oleh Sekretaris Jenderal ASEAN sebagai keynote speaker," imbuhnya mengakhiri pembicaraan. (cih)