Warta HARLAH KE-82 NU

Hasyim: Momentum Persatukan Nahdliyin

Jum, 18 Januari 2008 | 07:26 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengungkapkan, peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 NU tahun ini merupakan momentum untuk mempersatukan Nahdliyin (sebutan warga NU). Ia mengakui, sejak reformasi, warga NU tercerai-berai akibat tarik-menarik banyak kepentingan.

“Baik tarik-menarik keyakinan terhadap akidah, tata laksana organisasi, tarik menarik soal pandangan agama atas negara, maupun tarik menarik kepentingan politik praktis, politik kepartaian,” terang Hasyim kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (17/1) kemarin.<>

Menurutnya, kondisi tersebut begitu memberatkan kaum Nahdliyin, terutama yang berada di lapis bawah. Hal itu jelas akan membawa dampak buruk jika tidak segera diambil langkah penyelamatan dan penyadaran.

Ia mencontohkan sejumlah penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang melibatkan warga Nahdliyin di lapis bawah. Tarik-menarik kepentingan politik praktis tersebut telah begitu menghabiskan banyak tenaga dan pikiran. Sementara, pendidikan politik masyarakat hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan yang lebih baik.

“Apalagi, di saat kondisi ekonomi seperti sekarang ini, orang gampang ‘dibeli’. Di saat kekerasan ada di mana-mana. Jika warga NU tidak diberi kesadaran, maka, ia akan tercabik-cabik,” pungkas Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu.

Selain itu, Hasyim menambahkan, peringatan 82 tahun NU yang puncaknya digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 3 Februari mendatang, juga merupakan bagian dari upaya memelihara pemikiran keagamaan yang domestik Indonesia. Ia mengatakan, dewasa ini, banyak pengaruh dari luar yang masuk ke Indonesia dan berpotensi merusak pemikiran keagamaan khas Nusantara.

“Baik itu dari aliran keras (fundamentalisme), maupun liberalisme. Bahkan, ateisme sekali pun,” jelas Presiden World Conference on Religions for Peace itu.

Ia berharap juga, melalui peringatan harlah yang puncaknya bakal dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kali ini, dapat menjadi awal kebangkitan NU di segala bidang, terutama, bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. (rif)