Warta

Hasyim: Masyarakat Masih Bingung dengan Kebijakan Pendidikan

Rab, 5 Desember 2007 | 13:47 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menuturkan berbagai kebijakan pendidikan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah sampai saat ini masih membuat masyarakat kebingungan antara konsep dan hasilnya.

“Masyarakat masih bingung, katanya setiap tahun anggaran pendidikan naik, tapi biaya pendidikan kok juga terus naik,” katanya dalam workshop Program Sarjana dan Pemuda Penggerak Wajib Belajar (SP2WB) yang diselenggarakan oleh LP Maarif NU di Jakarta, Rabu (5/12).

<>

Sebagai orang tua yang juga harus membiayai anak, Kiai Hasyim juga merasakan betapa beban pendidikan saat ini semakin berat. Kampanye pendidikan gratis tapi masih harus membayar berbagai macam sumbangan dengan nama yang berbeda-beda juga membingungkan masyarakat. “Ya kalau namanya pendidikan gratis ya harus benar-benar gratis, tidak membayar sumbangan dengan berbagai macam nama,” katanya.

Kebijakan pemerintah dengan me-BHMN-kan PTN terkenal juga keluar dari tujuan yang sebenarnya agar lembaga pendidikan lebih kreatif. Universitas hanya mencari jalan mudahnya dengan menerima mahasiswa yang mau membayar mahal sementara mereka yang potensial tetapi tidak memiliki uang akhirnya tak mampu untuk masuk PTN. Fenomena ini dilihatnya sendiri karena rumahnya di desa Kukusan, belakang kampus teknik UI Depok kini kebanyakan mereka yang lalu lalang adalah mereka yang berlatar belakang ekonomi mapan.

“Akhirnya tak ada lagi universitas kebanggaan, yang ada adalah universitas kemahalan,” candanya.

Persoalan pendidikan kini tak berhenti pada mahalnya biaya sekolah. Setelah sekolah, kini para lulusannya juga dihadapkan pada susahnya untuk mencari kerja.

Peningkatan Perhatian pada Madrasah

Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang ini juga meminta pemerintah untuk lebih meningkatkan kualitas madrasah dan pesantren sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Dijelaskannya, untuk daerah-daerah tertentu seperti di Madura, masyarakat lebih suka menyekolahkan anak-anaknya ke madrasah daripada ke SD sehingga institusi inilah yang harus diperkuat agar kualitas anak didiknya juga baik.

Ini juga terkait dengan upaya pembentukan kepribadian, bukan hanya pendidikan yang hanya mengandalkan pengajaran yang akhirnya malah melahirkan lulusan yang tak memiliki karakter.

Kiai Hasyim juga sepakat bahwa kemiskinan menjadi faktor utama yang menyebabkan anak-anak tidak bisa sekolah sehingga pengurangan kemiskinan juga akan meningkatkan partisipasi pendidikan. “Siapa sih orang tua yang tak ingin anaknya sekolah, hanya masalahnya gak kuat bayar,” tandasnya. (mkf)