Warta

Hasyim: Garis Batas Negara Hilang, Ekstrim Asing Aduk-Aduk Indonesia

NU Online  ·  Selasa, 20 Mei 2008 | 12:21 WIB

Rembang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menegaskan, saat ini telah terjadi perubahan batas negara yang cukup drastis. Akibatnya, berbagai aliran ekstrim sembrono bermunculan di negeri ini. Disisi lain, kondisi ekonominya mengakibatkan yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin.

”Selama 10 tahun terakhir ini, telah terjadi perubahan total di Indonesia,” ungkap Kiai Hasyim, saat memberikan sambutan pada acara Konfercab PCNU Rembang, Senin (19/5) kemarin, di Aula Rumah Sakit Islam (RSI) Arofah Rembang.<>

Perubahan mendasar yang dihadapi bangsa ini antara lain tentang perubahan garis batas negara. Dulu, kalau bertentangan dengan Pancasila dilarang masuk ke Indonesia. Begitu juga kalau ada paham atau ajaran yang bertentang dengan kepribadian bangsa dan mengancam NKRI juga ditolak masuk.

“Sekarang, garis batas negara dibuka lebar-lebar. Sehingga semua budaya, ajaran dan paham asing dapat masuk ke Indonesia tanpa ada anggeran-anggerannya (filternya),” katanya.

Aliran aneh-aneh masuk ke negeri ini dan mengaduk-aduk bangsa ini, terutama umat Islam. Setidaknya ada dua aliran asing yang mengaduk-aduk Islam. Yakni, yang datang dari Barat dan dari Timur Tengah.

Yang datang dari Barat, disebut aliran liberal. Yakni, aliran yang memahami Islam tanpa ushul, tanpa manhaj. “Mereka menafsiri kitab suci dan hadist semaunya. Karena itu, kaum liberal ini bisa disebut aliran sembrono. Karena, mereka berani mengaku jibril dan berani mengaku nabi. Mengaku Jibril dan nabi dianggap sebagai hak azasi,” katanya.

Kemudian aliran yang datang dari tengah biasaya kereng-kereng (konservatif) dalam memahami Islam. Antara lain paham Wahabiyah, Salafy, Syiah, Jaulah, Ubadiyah, dan Ahmadiyah. Kemudian ada yang bersifat politik. Yakni, Hizbut Tahrir. Kelompok ini ingin mengganti sistem yang ada dengan diganti sistem khilafah.

”Paham tersebut ada yang suka mengkafirkan orang Islam, namun mereka tidak mampu mengislamkan orang kafir,” ujar pengasuh Ponpes Al-Hikam Malang itu.

Perubahan mendasar berikutnya adalah soal politik. Saat ini jumlah parpol cukup banyak. Dari banyak parpol itu juga terjadi perpecahan. Salah satunya adalah PKB. Bahkan PKB dinilainya mengistiqomahkan perpecahan.

“Mereka pecah, karena berebut kursi. Kondisi itu dinilainya berbeda dengan NU. Karena di NU, punya ayat kursi, ayat ada tetapi tidak ada kursi. Sedangkan di parpol, ayat kursinya, ayatnya tidak ada tetapi kursinya ada,” tandasnya dengan gaya kocak.

Di bidang ekonomi, Hasyim menilai terjadi perubahan total. Yakni, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Sedangkan jumlah orang kaya hanya belasan.

“Pemerintah janji tidak menaikkan BBM, tetapi BBM dinaikkan. Janji lagi tidak menaikkan BBM, ternyata menaikkan lagi. Karena itu, agar BBM tidak naik, pemerintah tidak usah berjanji tidak akan menaikkan BBM. Sebab, kalau pemerintah berjanji lagi, berarti BBM naik lagi,” tegasnya.

Hasyim juga melihat bahwa budaya masyarakat juga bergeser. Televisi isinya hanya pacaran. Sedikit sekali tayangan yang mendidik. “Tayangan televisi seperti itu, karena televisi dikenadalikan kapitalis, bukan dikendalikan norma. Dari hasil halaqoh PBNU, 80 persen tayangan televisi tidak mendidik,” paparnya.

”Mari kita membentengi akidah dari serangan aneka macam aliran mapun paham yang aneh-aneh,” ajaknya. (shn)