Warta

Hasil Pemilu 2004 Tak Beda Dengan Pemilu 1999

NU Online  ·  Kamis, 11 Desember 2003 | 05:19 WIB

Jakarta, NU Online
Guru besar Ilmu Politik UGM Yogyakarta Prof DR Ichlasul Amal berpendapat bahwa hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 tak jauh berbeda dengan Pemilu 1999, meski jumlah parpol sekarang berkurang setengah dari 48 menjadi 24 parpol.

"Meski jumlah parpol berkurang, saya kira parpol yang lolos electoral treshold dalam Pemilu 2004 tak jauh berbeda dengan Pemilu 1999, karena prosentase electoral treshold dinaikkan dari 2 persen menjadi 3 persen," katanya di Surabaya, Rabu.

<>

Mantan rektor UGM Yogyakarta itu mengemukakan hal itu di sela-sela semiloka "Membangun Kerukunan Sosial Politik di Jatim Menjelang Pemilu 2004 yang digelar Lembaga Pembudayaan Pancasila dan Pembangunan (LP3) Jatim.

Menurut Ketua Dewan Pers Nasional itu, berkurangnya jumlah parpol peserta Pemilu 2004 menjadi setengah dibanding pemilu sebelumnya merupakan hal yang baik, namun jika melihat ke-24 parpol yang lolos verifikasi agaknya hasil Pemilu tidak akan jauh berbeda.

"Kalau pemilu lalu menghasilkan 5-6 parpol yang lolos electoral treshold, saya kira pemilu 2004 juga akan berkisar 5 parpol yang lolos electoral treshold. Bahkan, perolehan suara juga tidak akan jauh berbeda dengan pemilu lalu," katanya.

Ia menjelaskan parpol yang lolos verifikasi dan perolehan suara dalam Pemilu 2004 tidak akan berubah, karena ke-24 yang lolos verifikasi masih menampakkan politik aliran seperti pemilu-pemilu sebelumnya.

"Politik aliran itu berarti parpol yang ada masih mengandalkan nostalgia masa lalu, sehingga perolehan parpol yang baru sama-sekali tidak akan terlalu membuat perolehan suara parpol lama merosot, mungkin hanya berkurang sedikit, sebab parpol baru juga mengandalkan nostalgia, padahal generasi sekarang ’kan lupa dengan nostalgia," katanya.

Misalnya, katanya, PDI-P yang mungkin membuat kecewa rakyat, tapi kekecewaan itu tidak akan membuat mereka "berpaling" dari PDI-P, sebab pemilih PDI-P umumnya masih membawa emosi lama.

Senada dengan itu, pakar politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Daniel T Sparringa PhD menyatakan pertempuran ideologi dalam Pemilu 2004 akan diwarnai persaingan empat politik aliran yakni nasionalis, Islam, sosialis, dan politik campuran.

"Kelompok nasionalis ada lima yakni nasionalis populis seperti Marhaen; nasionalis negara seperti PDI-P, Golkar, dan PKP Indonesia; nasionalis religi seperti PKB; nasionalis demokrat seperti Partai Demokrat dan Partai Persatuan Daerah; dan nasionalis progresif seperti partainya pak Ryass Rasjid," katanya.

Untuk kelompok Islam, katanya, antara lain Islam progresif seperti PKS; Islam ortodoks seperti PBB; dan Islam tradisional seperti PNU; sedangkan kelompok campuran adalah PAN yang merupakan kelompok modernis.

Untuk kelompok sosialis antara lain sosial demokrat seperti partainya Muchtar Pakpahan dan Adi Sasono; sosialis konservatif tengah seperti Partai Sarikat Islam; dan sosialis progresif kanan seperti PIB-nya Sahrir.

"Koalisi ideologis akan terjadi dalam pemilihan umum legislatif atau parpol, tapi dalam pemilihan presiden tidak akan terjadi koalisi ideologis, melainkan sudah berupa koalisi taktis," katanya.(mkf)