Warta

Harlah ke-82 NU Libya di Musim Semi (1)

NU Online  ·  Senin, 24 Maret 2008 | 03:07 WIB

Tripoli, NU Online
Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 NU di Libya baru dirayakan pada musim semi. Di bulan Maret ini, warga Nahdliyin di bumi hijau disibukkan dengan rangkaian acara peringatan harlah.

Walaupun bukan perayaan yang pertama bagi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCINU) Libya, namun harlah kali ini merupakan perayaan pertama yang berkerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan masyarakat Indonesia di Libya sejak berdirinya komunitas NU ini 3 tahun yang lalu.<>

Kontributor NU Online Moch Syamsuddin AM dari Tripoli melaporkan, pada Jum’at (21/03) lalu, musim semi yang sejuk menjadi sejarah tersendiri bagi PCINU Libya. Acara Harlah yang selama ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia khususnya para Nahdliyyin di Libya akhirnya terlaksana.

Acara dimulai selepas sholat Jum’at, namun para undangan sudah berdatangan sejak pagi hari. Para ibu-ibu yang akan memeriahkan stand bazar mulai berdatangan menyiapkan segala kebutuhannya. Kontan saja suasana ini membuat ramai halaman KBRI di pagi hari yang sedikit dingin, di samping lalu-lalangnya para panitia menyiapkan segala perlengkapan acara.

Spanduk-spanduk dibentangkan. Di panggung utama yang ber-background gapura Bali tampak logo NU bersanding mesra dengan garuda Pancasila, didepan pintu gerbang KBRI terbentang spanduk acara, begitu juga di stand utama bazar yang berada di sebelah kanan panggung utama.

Setidaknya terdapat 4 spanduk besar yang menghiasi tempat acara harlah tersebut. Di setiap stand bazar terpampang dekorasi khusus bazar hasil kreasi para muslimat NU Libya, di depan panggung utama dipasang kursi untuk para tamu undangan, begitu juga beberapa meja dan kursi tampak mengitari stan-stand bazar.

Suasana di luar tempat acara pun tak kalah ramainya, para panitia yang bertugas untuk keamanan mulai sibuk mengatur mobil-mobil tamu undangan yang semakin siang semakin berdatangan.

Sementara itu stand-stand bazar tampak sudah mulai diisi oleh si empunya. Sebagian hadirin yang sudah berdatangan sejak pagi tampak asyik berbincang-bincang di halaman KBRI, sedangkan sebagian yang lain tampak asyik bernostalgia dengan alat-alat musik tradisional yang berada di panggung utama.

Alat musik yang sedianya hanya dijadikan hiasan dekorasi berubah status, keinginan untuk tampil berpartisipasi di pentas seni akhirnya muncul dari sebagian masyarakat dan langsung langsung direspon positif oleh panitia.

Seketika itu pun mereka langsung latihan memainkan alat-alat tradisonal tersebut. Suasana mulai tampak ramai dengan lantunan lagu-lagu Jawa. Perhatian hadirin pun tertuju pada suara gamelan. (nam)