Warta

Gus Sholah Kritik Batas Kewenangan Syuriyah-Tanfidziyah NU

NU Online  ·  Ahad, 6 September 2009 | 00:03 WIB

Yogyakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyampaikan kritiknya terhadap batas kewenangan syuriyah dan tanfidziyah dalam struktur organisasi NU. Menurutnya, kewenangan dua perangkat kepengurusan NU ini sering tidak jelas dan tumpang tindih.

Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi yang diselenggarakan Sleman, tepatnya di pendopo ndalem KH Marzuki, salah seorang tokoh pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (3/9) lalu.<>

Kontributor NU Online M. Muhyiddin melaporkan, acara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh seperti Gus Jazuli dari Klaten, Pengasuh Pesantren Sunan Pandan Aran KH Mu’tasim Billah, aktivis LKiS Jadul Maula, Pengasuh Pesantren Nurul Ummahat Kotagede KH Muhaimin, Kyai Marzuki sendiri, Pengasuh Pesantren Wahid Hasyim Gus Shofi, dan beberapa kader muda serta aktivis pergerakan NU.

Dalam kesempatan itu Gus Sholah menyayangkan, kebesaran organisasi NU kurang diimbangi dengan kemampuan seni organisasi yang cakap.

“NU sekarang mengalami kerancuan struktural. Batas kewenangan antara Syuriyah dan Tanfizdiah tidak jelas seperti apa,” kata Gus Sholah.

Sedianya, syuriyah berwenang untuk merumuskan arah kebijakan organisasi, sedangkan Tanfidziyah sekadar berkreasi dalam bidang operasional. Tapi, menurut cucu pendiri NU ini, Tanfidziyah saat ini seakan memiliki kewenangan seperti Syuriyah juga.

“Dahulu, ketika ketua tanfidziyah melakukan hal yang tak sesuai dengan amanat syuriyah, dewan perancang agenda akan memanggil ketua pelaksama rencana,” tambahnya.

Ditambahkannya, kerancuan ini juga berimbas kurang baik dalam berbagai langkah NU, seprti dalam bidang politik.

KH Muhaimin, Pengasuh Pesantren Nurul Ummahat Kotagede dalam kesempatan itu menyampaikan uneg-unegnya. Menurutnya, saat ini NU mulai ditinggalkan umatnya. “Masyarakat bawah mulai tidak mendapatkan perhatian serius dari para kyai,” katanya. (nam)