Warta

Gus Mus: Munculnya Gerakan Anti Militer Tidak Fair

NU Online  ·  Selasa, 13 Juli 2004 | 06:05 WIB

Kediri, NU Online
Salah satu Rais Syuriah PBNU KH Mustofa Bisyri  atau Gus Mus menilai munculnya gerakan anti militer menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) putaran kedua nanti tidak fair.

"Saya pikir gerakan anti militer itu tidak realistis, bahkan negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun pernah dipimpin Eisenhower yang juga seorang militer," kata Gus Mus ditemui usai pengajian dalam acara Haul dan Khataman di Ponpes Salafiah Terpadu Ar Risalah, Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Selasa dinihari.

<>

Kyai yang juga dikenal sebagai penyair itu menyatakan, gerakan anti militer itu muncul akibat rendahnya kualitas seorang pemimpin yang berlatar belakang sipil dibandingkan dengan pemimpin berlatar belakang militer.

"Sehingga pada waktu kampanye menggunakan cara dengan menjelekkkan pasangan calon lain. Dan saya kira NU tidak seperti itu," sambung Gus Mus.

Disinggung mengenai seruan tertulis PBNU tentang netralitas politik dalam Pilpres putaran kedua nanti, menurut Gus Mus sudah berkali-kali dilakukan.

"Mulai dari hasil pertemuan Rembang, keputusan Rais Syuriah hingga amanat NU sendiri sudah menyatakan netral. Saya kira hanya pura-pura tidak tahu saja kalau masih ada ulama yang masih bersikap tidak netral," tukas ulama asal Rembang Jateng itu.

Dalam kesempatan itu juga Gus Mus sangat mengharapkan bertemuan antar dua pucuk unsur pimpinan NU, yaitu KH Abdurrahman Wahid dan KH Hasyim Muzadi.

Namun demikian pihaknya mengaku kesulitan jika harus menjadi mediator karena keduanya lebih tua dibandingkan dirinya.

Gus Mus hanya menyarankan kepada Hasyim Muzadi yang hampir pasti maju bersama Megawati Soekarnoputri dalam Pilpres putaran kedua nanti, untuk tidak membawa-bawa nama NU.

"Karena Pak Hasyim itu kan maju bukan lagi sebagai Ketua Umum PBNU, akan tetapi atas nama pribadi. Jadi nggak boleh Pak Hasyim nanti mengklaim warga NU," ujarnya.(mkf/an)