Warta

Dukungan Pengurus NU untuk Capres Tertentu Kembali Dikritik

NU Online  ·  Selasa, 23 Juni 2009 | 08:01 WIB

Jombang, NU Online
Aksi dukung-mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden (Capres-Cawapres) oleh para pengurus NU di berbagai tingkatan, atau oleh lembaga, lajnah dan badan otonom di bawah NU kembali dikritik. Kali ini kritikan datang dari Ketua Majelis Pengasuh Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang KH Abdus Salam Shohib.

Menurut cucu pendiri NU KH Bisri Syansuri itu, keterlibatan para pengurus NU dalam aksi dukung-mendukung capres adalah tidak bijak dan mengingkari keragaman aspirasi warga NU.<>
 
“Tidak bijaksana bagi pengurus di struktur NU untuk dukung-mendukung dan sekaligus mengingkari fakta aspirasi politik yang beragam dari warga NU,” katanya kepada NU Online di Jombang, Senin (22/06).
 
“Dengan menyatakan, bahwa NU berkecenderungan memilih capres tertentu saja, itu  sudah melanggar, paling tidak melanggar etika," tambahnya.
 
“NU itu semacam payung besar, maka tidak etis jika pengurusnya mengarahkan atau cenderung ke salah satu calon,” kata KH Abdus Salam Shohib yang biasa dipanggil Gus Salam.

Menurutnya, dukung-mendukung itu, walaupun tidak melibatkan institusi NU dinilai dapat meruntuhkan wibawa dan kepercayaan warga kepada Pengurus NU.
 
”Itu (dukung-mendukung) dapat meruntuhkan wibawa dan kepercayaan warga NU pada  pengurus dan kita tidak bisa berlindung dengan mengatakan bahwa kita atas nama pribadi, bukan institusi NU, karena keduanya tidak bisa dibedakan,” katanya
 
Gus Salam menyerukan agar pengurus NU di segala lapisan merenungi kembali landasan perjuangan para pendiri NU
 
“Sudah waktunya para pengurus NU mengingat kembali jejak langkah para pendiri NU, apakah langkah yang kita lakukan benar- benar telah sesuai dan seirama dengan apa yang dulu dimaksudkan dan ditanamkan oleh pendiri NU,” katanya.

Diingatkannya pula hal itu tidak cukup dengan  dengan romantisme sejarah, melainkan dengan perenungan jernih, disertai ketulusan untuk mengembalikan jamiyah dari arah perjuangan para pendiri NU. Ditegaskannya, NU itu tidak terlahir untuk sekedar mengurusi hal profan semacam politik praktis, tetapi NU memang harus menjuangkan politik kebangsaan yang bermartabat dan pembelaan problematika umat. 

“Politik itu urusan duniawi, padahal NU tidak terlahir untuk itu, karena NU didirikan untuk menangani pemberdayaan umat, sosial, pendidikan dan sebagainya,” kata Gus Salam. (yus)