Warta

Dugaan Motif Politis Semakin Kuat

NU Online  ·  Rabu, 3 Desember 2003 | 12:05 WIB

Jakarta, NU.Online
Dugaan adanya motif poltis dibalik pembunuhan terhadap ketua dewan syuro DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lumajang KH.Asmuni Ishak semakin kuat, kali ini muncul ancaman serupa terhadap anggota DPRD dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB) Situbondo.

Tercatat tiga anggota F-KB diancam akan dibunuh yakni H. Zainuri Rachman (Ketua DPRD dan Ketua DPC PKB Situbondo) dan  H Aqiq Zaman (Wakil Ketua DPRD dan Ketua DPC PKB Situbondo), dan Fathoorsjid (Ketua F-KB DPRD Jatim).

<>

"Pertama yang mendapat ancaman adalah Zainuri Rahman, kemudian Aqiq dan terakhir Fathurrohman. Semua ancaman bernada akan menghabisi nyawa kami bertiga," kata fatoorasyid kepada wartawan di Situbondo Selasa (2/12). Pengancam meminta ketiganya agar berhati-hati. Menurut fathuroosjid, ancaman tersebut dinilai bisa meresahkan tidak hanya mereka bertiga tetapi warga PKB secara keseluruhan.

Sebelumnya Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB Abdurahman Wahid mengatakan pembunuhan kedua kyai itu mengandung unsur politis karena tindakan pembunuhan itu penuh dengan kejanggalan dan memiliki kemiripan dengan kasus Ninja Di Banyuwangi.

Dikatakan Gus Dur, kasus tersebut jelas bermotif politik, coba bayangkan dulu orang yang memakai seragam membunuh cukup banyak orang dengan alasan dukun santet, ternyata yang dibunuh kiai dan sekarang ini hal yang sama terjadi. "Apa tidak boleh kita bertanya apakah itu berkaitan dengan politik atau bukan," ujarnya.

Mengenai ada tidaknya kaitan antara pembunuhan kyai di Lumajang dengan penggagalan pemilu yang diungkapkan Pangab beberapa waktu lalu. Gus Dur mengatakan, "Tolong diadakan penyelidikan lebih jauh apakah ada sambungannnya atau tidak," ungkapnya. Dirinya khawatir kasus Banyuwangi akan terulang lagi.

"Saya tetap minta diadakan penyelidikan yang menyeluruh, janganlah polisi itu buru-buru menyimpulkan dan mengatakan saya tukang bikin ribut, saya cuma minta perlindungan, karena dulu ketika kami diam 147 orang kyai dibunuh, di banyuwangi dan kasusnya tidak dituntaskan hingga sekarang," tegas Gus Dur.

Senada dengan Gus Dur, sebelumnya Sekjen PBNU Muhyidin Arubusman, mengatakan peristiwa Lumajang dan Jember jelas ada upaya tersembunyi dari kelompok tertentu untuk mendiskreditkan NU. Banyak kelompok khawatir dan terancam oleh kekuatan NU. Kelompok tersebut tidak senang, jika organisasi yang didirikan Khadratus Syech KH Hasyim As’ari ini, solid dan besar.

Lebih lanjut, mantan Ketua Umum PB PMII ini menegaskan, sebagai organisasi Islam terbesar di tanah air, NU selalu menjadi objek kepentingan kelompok tertentu. Kelebihan tersebut, lanjutnya, sangat menggiurkan sekaligus menjadi kekhwatiran bagi banyak pihak. “NU yang memiliki masa besar dan signifikan di Indonesia tentu menjadi rebutan bagi kepentingan politik maupaun non politik. Sehingga banyak kelompok merebut simpati sekaligus mengacaukan NU agar tidak solid,” ungkapnya.

Secara pribadi, Muhyidin mensinyalir peristiwa dengan modus mirip kasus Banyuwangi itu, ada hubungannya dengan  politik. Menjelang pemlilu yang sudah mulai hangat, semua kemungkinan bisa saja terjadi. “Kalau dilihat dari pengalaman masa lalu, seperti di Bayuwangi, kebetulan saya menjadi anggota tim invenstigasi, itu kejadian bermotif politik,” papar Muhyidin.

Ditempat terpisah anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) asal daerah pemilihan Lumajang, Nurhasan mengatakan warning yang dikeluarkan Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adanya indikasi Penggagalan Pemilu 2004 perlu diperhatikan.

"Gus Dur itu masih mempunyai magnit yang luar biasa terhadap bangsa ini, sehingga warning yang dikeluarkan terkait kasus terbunuhnya KH Asmuni Ischak, warga NU Jatiroto, Lumajang itu perlu diperhatikan," kata Nurhasan menanggapi pernyataan Gus Dur soal kasus Jatiroto.

Menurutnya, Gus Dur adalah pemimpin yang jeli terhadap persoalan yang menimpa masyarakatnya, apalagi kejadian itu menimpa pada orang NU dan PKB yang sangat mungkin dikaitkan dengan kondisi menjelang Pemilu 2004. "Artinya, pernyataan itu dapat dijadikan antisipasi dini akan terulangnya kasus ninja Banyuwangi beberapa waktu lalu, agar tidak kembali terjadi di Lumajang," ujarnya kepada NU.Online (Cih)***