Warta

Duet Pimpinan Baru Diharap Curahkan Perhatian pada Nasib Pesantren

NU Online  ·  Selasa, 30 Maret 2010 | 10:40 WIB

Bogor, NU Online
Tampilnya duet pimpinan baru Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yakni KH Sahal Mahfudh sebagai rois aam dan KH Said Aqil Siradj sebagai ketua umum, yang dipilih muktamirin pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, 22-28 lalu, diharapkan membawa angin perubahan di tubuh NU.

Demikian diutarakan oleh Katib Syuriah Pengurus Cabang NU (PCNU) Kota Bogor, Jawa Barat, Ustadz Asep Zulfiqor, kepada NU Online di Bogor, Selasa.<>

“KH Sahal dan KH Said merupakan dua kader terbaik NU. Duet ini diharapkan banyak membawa perubahan dan nuansa baru yang menyegarkan di tubuh PBNU periode 2010-2015,” kata Asep Zulfiqor.

Menurut pimpinan Pesantren Al-Falakiyyah An-Nahdliyyah, Pagentongan, Kota Bogor tersebut, duet pimpinan baru PBNU diharapkan juga memiliki komitmen tinggi dalam menegakkan Khittah 1926 NU sebagaimana hasil mufakat Muktamar tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur.

“Kami berharap pimpinan PBNU tidak terjebak dalam politik praktis. Politik NU adalah politik keumatan dan kebangsaan, bukan politik untuk mencari kekuasaan untuk segelintir kepentingan elit,” papar Zulfiqor.

Dengan ditegakkannya Khittah 1926, lanjut Asep, diharapkan PBNU ke depan mampi meningkatkan perhatian pada nasib pesantren-pesantren yang dikelola warga NU.

“NU perlu meningkatkan perhatiannya pada pesantren, karena lembaga ini merupakan cikal bakal lahirnya NU. Pesantren merupakan tulang punggung NU. Ibarat ruh dan jasad, NU tidak mungkin lepas dari pesantren,” tegasnya.

Pada Muktamar lalu, Said mengedepankan misi kembali ke pesantren sebagai jargon dalam menyosialisasikan diri kepada muktamirin. "Semoga jasa misi tersebut diimplementasikan setelah terpilih sebagai nakhoda baru PBNU," katanya.

Selain berharap lebih dalam memikirkan nasib pesantren, PBNU ke depan juga diharapkan dapat lebih mendekatkan diri dengan semua lapisan umat di bawah.

“Semoga NU dapat meningkatkan perhatian terhadap nasib petani, PKL, buruh, nelayan, dan semua lapisan masyarakat bawah. NU harus memperhatikan nasib mereka, sehingga dapat menjadi pilar utama kekuatan masyarakat,” ungkapnya (hir)