Cinta pada Ulama Harus Digelorakan di Saat Marak Kemaksiatan
NU Online · Kamis, 9 Oktober 2008 | 22:36 WIB
Cinta kepada ulama dan waliyullah (utusan Allah) harus semakin digelorakan di saat makin maraknya kemaksiatan, seperti yang terjadi di zaman ini. Jika tidak demikian, umat tak akan memperoleh tuntunan untuk menjauhi kemaksiatan itu.
Demikian dikatakan Habib Noval bin Muhammad Al Iydrus, ulama asal Solo, dalam ceramahnya pada peringatan Haul ke-71 Habib Ja'far Shadiq Al Iydrus, di pemakaman Gua Kencana, Desa Kriyan, Kecamatan Purwogondo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis (9/10) kemarin.<>
”Cinta kepada waliyullah merupakan salah satu jalan selamat menapaki kehidupan di zaman akhir ini. Karena, mereka dapat memberikan pertolongan yang berguna nanti di akhirat atas kehendak Allah," kata Habib Noval, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Zakki Amali.
Ia menilai, di zaman akhir ini gerakan cinta terhadap ulama atau waliyullah juga merupakan tandingan marakya aktivitas yang melanggar aturan Allah. Seperti ramainya aktivitas yang mengumbar kemaksiatan, baik yang disuguhkan di televisi maupun diselelanggarakan masyarakat sendiri.
Ia mengutip Hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Buchori bahwa ada tiga golongan yang dapat memberikan pertolongan. Di antaranya, nabi dan rasul, ulama, dan syuhada. "Waliyullah yang juga ulama inilah yang mendapatkan kelebihan memberikan pertolongan," tandasnya.
Dikisahkan, Syeikh Abdul Qadir Al Jielani pernah memberikan pertolongan berupa doa kepada seorang ahli kubur yang sedang disiksa. Lantaran ahli kubur itu pernah melihat debu yang beterbangan yang merupakan bekas injakan kaki kuda yang ditumpanginya. Sehingga ahli kubur itu, tidak disiksa lagi karena dosanya di dalam kubur berkat pertolongan Syeikh Abdul Qadir itu.
Lebih dari itu, kecintaannya kepada waliyullah akan menghantarkan bersama di hari kiamat kelak. Sebagaimana terdapat dalam Hadits, seseorang akan dikumpulkan di akhirat bersama orang yang dicintainya.
Layaknya seorang waliyullah, menurutnya, Habib Ja'far Shadiq Al Iydrus yang juga dikenal sebagai Yek De, mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki orang umumnya.
“Setiap kali ada warga Purwogondo yang berangkat haji, seringkali menjumpai Yek De di sana. Padahal, ia berada di rumah. Yek De yang nasabnya sampai kepada Rasulullah, juga mempunyai sifat kasih terhadap hewan yang dianggap menjijikkan, yakni sindat,” terang Habib Noval.
“Hewan itu berada di dalam luka pada kakinya. Pada suatu ketika, hewan itu hilang. Yek De bukannya bergembira, malah bersedih karena ia tidak lagi dapat memberikan makanan kepada hewan itu yang membersihkan kotoran di dalam lukanya,” imbuh Habib Noval. (rif)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
6
Tuntutan Tak Diakomodasi, Sopir Truk Pasang Bendera One Piece di Momen Agustusan Nanti
Terkini
Lihat Semua