Warta

Bupati Jember Kembali Didemo Terkait Pelecehan Nabi

NU Online  ·  Rabu, 5 Mei 2010 | 11:32 WIB

Jember, NU Online
Unjukrasa memprotes pernyataan Bupati Jember MZA Djalal yang melecehkan Nabi Muhammad, kembali digelar, Rabu (5/5). Massa yang berjumlah sekitar 600 orang ini berasal dari beragam elemen masyarakat seperti NU, Ikatan Pemuda Muhammadiyah, Forum Umat Islam Bersatu, Pelopor, Elpamas, Gempar dan elemen masyarakat lainnya.

Dengan mengusung puluhan poster yang mengecam tindakan Djalal, mereka mendatangi Pendopo, tempat tinggal resmi Bupati Jember. Namun niat mereka untuk mendekati pendopo, terhalangi oleh barikade berduri yang dipasang sejak pagi hari. Barikade itu dipasang sekitar 100 meter dari halaman pendopo.<>

Praktis mereka hanya berkoar-koar dari kejauhan. Penjagaan yang dilakukan polisi kali ini, tampak berlebihan. Selain diapasang kawat berduri, puluhan posisi juga bersiap siaga. Tidak hanya itu, di depan halaman pendopo juga disiapkan mobil water canon yang siap menyiram pengunjuk rasa jika berlaku anarkhis.

Dalam orasinya, koordinator aksi, KH Ayub Saiful Rijal, menegaskan bahwa apapun alasannya ucapan Djalal yang menyebut Nabi Muhammad sombong, tidak bisa dibenarkan. Menurutnya, Djalal mengatakan itu secara sengaja lantaran diucapkan berulang kali. “Jangan seenaknya bilang keseleo lidah. Ini urusan pelecahan agama,”tukas Gus Syef, sapaan akrabnya.

Sementara itu, Sekretaris PCNU Jember yang ikut berorasi menandaskan bahwa Djalal sangat tidak pantas menyebut Nabi Muhammad sombong. Dijelaskan pula, pernyataan sikap PCNU yang menyebut Djalal telah berbuat sabbuh (mengejek) Nabi Muhammad adalah hasil keputusan LBM NU Jember.

“Karena itu, kami menyayangkan sikap MUI Jember yang menyebut perbuatan Djalal tidak termasuk penistaan agama,” ungkapnya.

Misbah dengan terang-terangan mengajak debat kepada segenap pengurus MUI terkait pernyatannya soal kasus Djalal. NU, katanya, tidak sembarang mengeluarkan fatwa atau putusan. Sebab, apapun yang diputuskan LBM NU sudah digodok oleh para ahli berdasarkan Al-Qur’an, Hadtis, dan fatwa ulama.

“Tolong mungkin ada yang bersedia memfasilitasi, kami ajak debat MUI, kapanpun. Masak wong sudah menyebut Nabi sombong, dikatakan bukan penghinaan agama,” urainya.

Seiring sinar matahari yang makin panas, massa kian tidak sabar untuk menuggu kedatangan Djalal agar minta maaf secara terbuka. Massa merangsek berusaha menembus kawat berduri, tapi digagalkan polisi, hingga terjadi aksi dorong-dorongan.

Menjelang sore, negosiasi antara perwakilan massa dan petugas, terjadi. Akhirnya disepakati bupati menerima perwakilan pengunjukrasa di kantor Pemda. Namun Bupati Djalal yang didampingi Wabup Kusen Andalas, enggan minta maaf. Dia menilai kasus itu adalah masalah agama, sehingga ia menyerahkan kepada lembaga yang berwenang untuk menentukan salah tidaknya soal penyebutan Nabi Muhammad sombong itu. (ary)