Buku tentang KH Hasyim Asy'ari Dibedah di Tebuireng
NU Online · Sabtu, 13 Maret 2010 | 07:29 WIB
Ma’had Aly Pondok Pesantren Tebuireng pada Jumat (12/3) kemarin membedah buku terbaru karya Zuhairi Misrawi yang berjudul "Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Moderasi, Keummatan, dan Kebangsaan."
Dalam acara yang dipandu wartawan majalah Aula Rijal Mumazziq Z. ini, selain penulis buku, juga hadir Muhibbin Zuhri (dosen IAIN Surabaya) serta KH Mustain Syafii (pengajar Ma’had Aly Tebuireng yang juga ahli tafsir.<>
Menurut Zuhairi, ia tertarik mengulas pemikiran Kiai Hasyim karena saat ini Indonesia masih membutuhkan pemikiran-pemikiran pendiri NU tersebut. Sebab selain ditopang oleh al-Quran dan Hadits, pemikiran Kiai Hasyim juga tak melupakan khazanah keilmuan klasik. Selain itu, Kiai Hasyim juga telah membuktikan bahwa antara keislaman dan keindonesiaan tidak boleh dipertentangkan. Keduanya harus berada dalam satu nafas.
“Islam adalah nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal, sedangkan keindonesiaan adalah realitas sosial yang harus diisi dengan nilai-nilai itu tanpa harus menafikannya,“ urai Zuhairi di hadapan sekitar 300 peserta. Maka, lanjutnya, adalah sebuah keharusan jika pemikiran-pemikiran Kiai Hasyim direlevansikan dalam realitas saat ini.
Sedangkan Muhibbin mengulas pemikiran Kiai Hasyim mengenai aswaja. Jika pada zaman Islam klasik, golongan Sunni lebih banyak berpolemik dengan kelompok Syiah maupun Muktazilah, maka pada zaman Kiai Hasyim, polemik lebih banyak bersinggungan dengan kelompok puritan Wahhabi. Menurutnya, kondisi pada zaman Kiai Hasyim tak jauh beda dengan realitas saat ini.
“Maka, menghidupkan ruh pemikiran Kiai Hasyim di bidang aswaja merupakan sebuah keniscayaan bagi kita semua,” terang pria yang baru saja meraih gelar doktor ini. Yang menarik, lanjutnya, adalah keberhasilan Kiai Hasyim dalam menginstitusikan ajaran Aswaja melalui sebuah organisasi bernama NU.
Meskipun senada dengan kedua narasumber di atas, KH Mustain Syafii lebih mengulas pribadi Kiai Hasyim. Ia menggambarkan kakek Gus Dur itu sebagai sosok yang sangat arif. Pakar tafsir ini mencontohkan sikap Kiai Hasyim yang kurang sreg mengenai tarekat dan haul. Meski demikian, Kiai Hasyim mengambil cara yang santun, elegan, dan tak sampai menimbulkan polemik di masyarakat saat itu.
“Sebagai kiai, beliau itu multi talenta. Sebab, selain bergelut menjadi penulis, organisator, ahli tasawwuf, beliau juga masyhur sebagai ahli hadits,” terang Kiai Mustain. Tak heran jika dnegan kemampuan beragam ini, sosok Kiai Hasyim menjadi rujukan para ulama pada zamannya.
Untuk itulah, kata Kiai Mustain, meneladani jejek langkah dan membumikan pemikirannya merupakan sebuah keharusan bagi generasi muda NU. “Terutama bagi kalangan santri Tebuireng,” katanya yang langsung disambut tepuk tangan peserta. (rmz)
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
2
Upah Guru Ngaji menurut Tafsir Ayat, Hadits, dan Pandangan Ulama
3
Pakar Linguistik: One Piece Dianggap Representasi Keberanian, Kebebasan, dan Kebersamaan
4
IPK Tinggi, Mutu Runtuh: Darurat Inflasi Nilai Akademik
5
PBNU Minta PPATK Tak Ambil Kebijakan Serampangan soal Pemblokiran Rekening Menganggur
6
2 Alasan LPBINU Bandung Sosialisasikan Literasi Bencana untuk Penyandang Disabilitas
Terkini
Lihat Semua