Buku "Keluarga Maslahah Terapan Fikih Sosial Kiai Sahal" Diluncurkan
NU Online · Ahad, 21 Maret 2010 | 01:04 WIB
Pikiran-pikiran dari DR KH M. A. Sahal Mahfudh yang berkaitan dengan masalah keluarga dan kependudukan sudah sejak lama bernilai brilian dan mencengangkan. Selama ini pikiran-pikiran tersebut disampaikan melalui ceramah, pengajian, maupun di pesantren. Saat ini kita ingin pikiran yang amat berguna untuk kepentingan umat tersebut ditulis dalam buku sehingga banyak orang akan memahami dan dapat mengetahuinya.
"Penerbitan pikiran Sahal Mahfudh dalam bentuk buku tersebut merupakan salah satu bentuk penghargaan. Termasuk louncing buku yang diselenggarakan ini dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bentuk penghargaan kepada Sahal Mahfudh yang dinilai banyak berperan dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB) di Indonesia," kata Kepala BKKBN Dr dr Sugiri Syarief MPA kepada NU Online sesaat menjelang launcing Buku Keluarga Maslahah Terapan Fikih Sosial Kiai Sahal, di Jakarta, Sabtu (20/3).<>
Menurut Sugiri, KH Sahal merupakan pejuang program KB di Indonesia pada tahun 1970-an. Ia turun ke daerah-daerah menjelaskan program KB dalam perspektif Islam. Karena program tersebut banyak mendapat tantangan dari pihak yang tidak memahaminya.
"Kiai Sahal datang ke Aceh untuk menemui sejumlah ulama di wilayah paling utara Indonesia itu. Kiai Sahal menjelaskan pikirannya, keuntungan dan kemudharatan dari program KB. Hasil perjuangan Kiai Sahal tersebut membuahi hasil, yang dibuktikannya program KB dapat diterima kalangan ulama di Indonesia," kata Sugiri menambahkan.
Lantas, apa manfaat penerbitan buku yang berisikan pikiran Kiai Sahal? Menurut Sugiri, manfaat yang terpenting adalah dapat dibaca semua pihak. Terutama kalangan terpelajar Islam di Indonesia. Khususnya yang selama ini masih berpandangan kaya dengan banyak anak.
Mantan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono dalam kesannya terhadap Kiai Sahal menyebutkan, kehadirannya dalam louncing buku Keluarga Maslahah ini seperti kembali muda. Setidaknya ingat sewaktu muda bersama Kiai Sahal tahun 1970-an memulai program KB di Indonesia. Program KB di Indonesia dimulai tahun 1967. Saat itu diselenggarakan sebuah konferensi di Jakarta yang dihadiri Kiai Sahal. Selanjutnya, 1970 pemerintah Indonesia resmi menjalakan program KB. "Tahun pertama dijalankan, jumlah aseptor KB hanya 150.000 orang," kata Haryono.
Tahun 1974, kata Haryono, ia menemui KH Bisri Syansuri dengan tubuh gemetar. Maksud kedatangannya adalah untuk menyakinkan pentingnya program KB dilaksanakan. "Ternyata, malah saya yang diyakinkan agar program KB tersebut lebih cepat dilaksanakan. Setelah adanya fatwa dari kiai tersebut, jumlah aseptor KB melonjak luar biasa ," kata Haryono.
Menurut Haryono, isi buku ini sepertinya kita mengikuti Kiai Sahal pada masa mudanya. Karena pikiran yang ada dalam buku tersebut merupakan apa yang dilakukan dan dipikirkan Kiai Sahal tatkala muda. Keberhasilan program KB di Indonesia diakui dunia tahun 1989. Ini dibuktikan penghargaan yang diterima Presiden Soeharto dari PBB atas keberhasilan menjalankan program KB.
Kiai Sahal memang bukan hanya seorang pimpinan pesantren dan melahirkan pikiran -pikiran brilian seperti dalam buku ini. Tetapi beliau memang tokoh yang pantas ditauladani. Saat ini saja beliau Ketua Umum MUI dan Rais A'am Nahdlatul Ulama sebuah organisasi ulama terbesar di negeri ini. Pengakuan ketokohan dalam kedalaman ilmunya tidak hanya diakui di dalam negeri, tapi juga ulama dan Presiden Mesir Husni Mubarak, kata Haryono.
Haryono mengisahkan, tahun 1994 mengunjungi Mesir bersama Kiai Sahal. Di sana bertemu dengan ulama dan Presiden Mesir Husni Mubarak. Dengan para ulama Mesir, Kiai Sahal berdebat dengan bahasa Arab lebih dari 1,5 jam. Dalam perdebatan tersebut, terlihat para ulama Mesir manggut-manggut mengakui pendapat Kiai Sahal.
Begitu pula ketika bertemu dan Presiden Mesir Husni Mubarak. Dalam pertemuan itu, Presiden Mesir Husni Mubarak menanyakan sesuatu kepada Kiai Sahal, bukan kepada ulama Mrsir. Dengan lincah dan piawai Kiai Sahal memberikan argumentasi atas pernyataan Husni Mubarak. Akhirnya pendapatan Kiai Sahal diakui kebenarannya oleh Presiden Mesir Husni Mubarak, kata Haryono.
Penulis buku Keluarga Maslahah H M. Cholil Nafis, MA menyebutkan, Kiai Sahal melihat keluarga bukan hanya dari aspek kependudukan semata. Namun, beliau mengkaji dari berbagai aspek, seperti sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan. Sehingga keluarga bukan hanya masalah kependudukan semata, tapi banyak aspek lain yang harus diperhatikan. "Sehingga dari uraian pemikiran beliau, terlihat program KB sangat dianjurkan," kata Cholil Nafis.
Kiai Sahal Mahfudh sendiri menyebutkan secara umum isi buku itu hanya dua saja yang dibahas. "Ya kuantitatif dan kualitatif," kata Kiai Sahal mengakhiri sambutannya. (arm)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
3
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua