Warta

Buka Bersama di Masjid Gedhe Jogja

NU Online  ·  Senin, 27 Oktober 2003 | 20:10 WIB

Jogjakarta, NU.Online
Tenang, damai, dan penuh dengan persaudaraan itulah suasana bulan ramadan di Masjid Gedhe, Kauman, Jogjakarta. Pada puasa pertama ini, Senin (27/10, takmir Masjid Gedhe mengadakan acara siraman rohani, sekalian sholat magrib berjamaah dan buka bersama, Acara tersebut dimulai sebelum berbuka puasa sekitar pukul 16.00 WIB.

Sejak siang umat islam, mulai berdatangan ke Masjid Gedhe yang terletak di sebelah barat Keraton Jogja, untuk mendengarkan pengajian. Sebagian besar para jamaah itu adalah warga sekitar lingkungan masjid. Begitu masuk masjid para jamaah dipersilahkan mengambil nasi bungkus dan minuman yang terletak di bagian utara serambi masjid, yang sudah disediakan oleh takmir untuk berbuka. ‘’Ini semua memang disediakan bagi jamaah yang datang kesini, mendengarkan siraman rohani,’’ kata seorang takmir, yang sedang membagikan nasi bungkus dan minuman kepada jamaah.

<>

Dalam acara siraman rohani tersebut takmir Masjid Gedhe mendatangkan tokoh agama yaitu Drs. Hamdan Hambili, kepala sekolah Madrasah Muamalat, Jogja. Acara yang diikuti ratusan jamaah itu, berlangsung tenang dan mereka tampak serius mendengarkan materi yang telah di sampaikan oleh penceramah.

Selain siraman rohani, dalam acara itu juga diisi tanya jawab. Sehingga para jamaah bisa menanyakan masalah yang sedang dihadapi, khususnya permasalahan dibulan Ramadan, ‘’Acara ini memang dikemas seperti seminar, ya agar jamaah bisa puas,’’ kata salah seorang takmir, yang enggan disebut namanya.

Dalam ceramahnya, Hamdan menceritakan ‘’Ada salah seorang kaum Baduwi (Suku di kota Makkah). Bertanya kepada Nabi Muhammad, ya rasul, kapan hari kiamad akan tiba?. Nabi kembali bertanya kepada orang itu, bekal apa yang sudah saudara bawa, sehingga saudara bertanya demikian?. Orang tersebut menjawab, bekal saya adalah saya cinta Allah dan Rasul. Nabi mendengar jawaban itu beliau langsung bersyukur dan sujud kepada Allah’’.

Dengan demikian, betapa pentingnya umat islam untuk menjalankan dan menjauhi larangan-larangan yang ada di Al qur an dan Hadits Nabi. Sehingga umat islam benar-benar bisa disebut umat yang sempurna. Selain itu, lanjut Hamdan, mengingatkan pada peserta, bahwa hakikatnya puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, akan tetapi puasa juga melatih diri seseorang untuk bersabar dan menahan segala perbuatan yang buruk dan jelek, perbuatan yang merugikan orang lain.

‘’Puasa maknanya banyak, bukan hanya menahan makan dan minum, tatapi juga menahan hawa nasfu, dan melatih diri untuk bersabar, agar orang yang berpuasa diterima amal ibadahnya disisi Allah,’’ tegas Hamdan dalam ceramahnya.(kd-Jgj/mar)