Warta

Bosnia Bangun Jembatan Rekonsiliasi Islam-Kristen

NU Online  ·  Selasa, 27 Juli 2004 | 01:10 WIB

Bosnia, NU Online
Sebuah jembatan dibangun sebagai tanda penyatuan kembali kelompok Islam dan Kristen di Bosnia. Jembatan Mostar itu  sebelumnya dibiarkan hancur setelah hampir 11 tahun dilanda  perang etnis. Pembangunan kembali jembatan ini,  sekaligus akan menjadi simbol rekonsiliasi antara kelompok-kelompok etnis di negeri bekas Yugoslavia itu. Demikian dilaporkan International Islamic News Agency, Selasa.

Jembatan Mostar adalah salah  satu bangunan yang oleh Badan PBB UNESCO masuk dalam katagori peninggalan bersejarah dunia. Jembatan ini dibangun pada masa pemerintahan dinasti Ustmaniah pada tahun 1566, dan dinamakan Stari Most atau Old Bridge. Jembatan yang kemudian dikenal dengan sebutan Mostar ini, rusak akibat perang saudara di Bosnia pada tahun 1992-1995. Tepatnya pada tahun 1993, jembatan setinggi 29 meter dan membentang di atas sungai Neretva ini, hancur akibat hantaman tank.

<>

Pada saat perang saudara, kota di bagian selatan Bosnia menjadi pusat pertempuran antara warga Muslim Bosnia dan kelompok Katolik Kroasia. Padahal, pada awalnya, kedua kelompok ini bekerjasama melawan pasukan Serbia.

Namun, dengan dibangunnya kembali jembatan ini, kedua kelompok yang bermusuhan ini akan damai kembali. “Sekarang, ada hal yang bisa menyatukan kembali masyarakat kita dan dan menumbuhkan apa yang pernah menjadi hal yang penting, yaitu kebanggaan menjadi orang Mostar,” ujar Hans Koschnick, mantan perwakilan Uni Eropa di Mostar.

Associated Press memperkirakan, pembangunan jembatan ini membutuhkan dana sekitar 15 juta dollar AS dan makan waktu selama 2 tahun. Dana pembangunan jembatan itu berasal dari donatur pribadi, organisasi internasional dan negara-negara seperti AS, Turki, Italia, Belanda dan Kroasia.

Sejumlah tokoh dunia, seperti Pangeran Charles dari Inggris, Ketua UNESCO Koirchiro Matsuura dan Presiden Kroasia, Stipe Mesic diharapkan hadir dalam acara peringatan dibangunnya kembali jembatan itu. Meski melambangkan rekonsiliasi antar kelompok etnis, situasi di Bosnia saat ini masih rawan, sehingga harus dikerahkan sekitar 2.000 polisi untuk mengamankan acara tersebut.

Ketua panitia acara peresmian Sulejman Kupusovic menyatakan, pembangunan jembatan ini  bukan hanya untuk menumbuhkan harapan baru, tapi bisa menjadi upaya pencegahan. “Mereka yang bertanggung jawab atas kerusakan jembatan ini masih ada di sekitar kita. Mereka tidak menginginkan dibangunnya kembali jembatan ini dan terciptanya atmosfir baru di sini,” ungkap Kupusovic. (MA/lo)