Jakarta, NU Online
Sebuah ledakan yang cukup keras terjadi di gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Senin (26/7), pukul 12.55 WIB. Ledakan itu berasal dari arah kamar mandi perempuan gedung tersebut. Belum ada korban jiwa akibat ledakan tersebut.
Bom meledak ketika sedang dilakukan penghitungan suara hasil pemilu presiden yang tinggal beberapa provinsi. "Ledakan itu keras sekali dari toilet wanita lantai satu mengagetkan seluruh peserta rapat," kata salah satu anggota KPU Hamid Awaludin.
<>Suara ledakan itu terdengar tak lama setelah beberapa petugas mencurigai dua kotak yang dibungkus kertas koran. Suasana di KPU yang penuh dengan pengunjung, karena tengah dilakukan penghitungan suara, langsung hiruk pikuk dan menimbulkan kepanikan.
Seluruh anggota KPU dan petugas yang berada di lantai dua dan memproses rekapitulasi suara dari beberapa provinsi langsung dievakuasi dan gedung KPU, termasuk areal parkir segera dikosongkan. Begitu juga petugas di lantai yang lain segera dievakuasi dan mereka diminta keluar dari arela gedung KPU. Tidak lama setelah terdengar ledakan, tim gegana Polri juga langsung tiba di tempat
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Sukrawadi Dahlan ketika ditanya di gedung KPU menyebutkan, belum diketahui apakah yang meledak itu bom atau bukan. Kapolres dengan pengeras suara terus meminta semua orang yang ada di areal gedung KPU segera keluar. Sampai berita ini dibuat, belum ada laporan adanya korban dan belum terlihat adanya kendaraan ambulans masuk ke areal gedung KPU.
Wakil Presiden Hamzah Haz mengatakan aparat keamanan kecolongan dengan adanya ledakan di KPU. "Mestinya aparat keamanan bisa mengantisipasi kejadian-kejaian seperti itu apalagi hari ini bakal ada keputusan penting dari gedung KPU," kata Hamzah di Istana Negara.
Sementara itu penasihat Fraksi PDI-P DPR RI, Suparlan mengatakan peledakan Gedung KPU merupakan permainan elit politik sebagai wujud tidak puas dengan hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU. "Kita bisa cermati bahwa ternyata rakyat lapisan bawah (grass root) lebih cerdas berpolitik daripada para elite politik, mereka lebih mampu menerima kenyataan, lebih demokratis terlihat pada 5 April dan 5 Juli," kata di sela-sela kunjungan mendadak Fraksi PDI-P ke Terminal III khususnya TKI di Bandara Soekarno-hatta Jakarta.
Dia mengatakan, meskipun di tingkat elit hasil pemilu diterima apa adanya dengan sikap dewasa, Namun di tingkat elit, ketika hasil penghitungan mencapai puncak, justru terjadi aksi peledakan. Fakta itu menunjukkan bahwa peledakan itu terkait kepentingan elit politik, bukan kepentingan rakyat. Rakyat dalam dua kali pemilihan langung tidak terlibat aksi kerusuhan dan aksi peledakan, namun ketika hasil diserahkan di tingkat pusat dimana elit politik harus menerima apapun hasilnya, justru terjadi peledakan.
Bahkan di tengah situasi kampanye dua kali pemilihan justru suasananya tetap aman. Rakyat lebih dewasa berpolitik, ketimbang elitnya yang tak mau menerima apapun hasil pemilihan oleh rakyat. "Aksi ini tampaknya menujukkan sikap tidak menerima kekalahannya," katanya. (sp/cih)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua