Bom Kedubes Dinilai Faktor Politik Dalam Negeri
NU Online Ā· Jumat, 10 September 2004 | 07:50 WIB
Jakarta, NU Online
Direktur Pusat Kajian Australia Universitas Indonesia, Dr Reni Winata mengatakan kasus bom di depan Kedubes Australia lebih banyak berkaitan dengan faktor politik dalam negeri dibandingkan dengan internasional. Artinya, lebih banyak mencurigai kepentingan-kepentingan politik dalam negeri yang bermain untuk membentuk opini dengan cara-cara seperti itu dibandingkan dengan datangnya terorisme internasional dari luar.
"Bagi orang yang piawai momentum apa pun akan dimanfaatkan untuk memperkuat dirinya apakah terkait atau tidak. Terlepas dari ada hubungan antara bom dan pemilu presiden-wapres, mesti ini akan dimanfaatkan," katanya kepada NU Online, Jum'at (10/9).
<>Dijelaskan dia, memang selama ini hubungan Australia-Indonesia mengalami berbegai ketegangan, namun dalam kasus ini pihak Australia sudah cukup dewasa untuk menilai hubungan itu, tetapi reputasi Indonesia di dunia internasional menjadi sangat buruk.Ā "Kejadian ini tentunya sangat merugikan bangsa Indonesia di mata luar negeri dan semakin menyulitkan untuk melakukan upaya recovery di segala bidang," katanya.
Menurut Reni, sejauh ini, akibat bom tersebut belum berdampak serius bagi hubungan Indonesia-Australia. Dikatakannya hubungan Indonesia-Australia memang mengalami pasang surut, bahkan polling masyarakat Australia menyatakan, Indonesia merupakan salah satu sumber ancaman teror, belum lagi hubungan masa lalu yang memanas pasca masuknya Timor Timur ke Indonesia, penyadapan Kedubes Indonesia di Australia dan lain-lain. Peristiwa terakhir rencana pembelian rudal oleh Australia yang sempat menimbulkan pertanyaan Deplu RI. "Namun saya belum melihat kecenderungan hubungan diplomasi yang lebih buruk dengan Australia pasca bom ini," paparnya.
Ditanya, apakah motif pengeboman tersebut lebih bermotof ideologis berbasis agama atau berwatak strategis untuk menggagalkan pemilu, Reni lebih cenderung mengkaitkan bom tersebut dengan tindakan-tindakan politik menjelang pemilu. Baik pemilu yang sedang terjadi di Indonesia dan di Australia 9 Oktober nanti. Namun, katanya tidak menutup kemungkinan adanya mata rantai kekuatan asing yang memainkan peranan ini, khususnya terkait terorisme internasional dengan kekuatan fundamentalisme islam yang sering di jadikan sasaran pemboman.
Karena itu kedepan, lanjut Reni pihak Australia harus melakukan pendekatan yang intensif dan menggalang kerja sama kepada ormas-ormas besar di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah dan kelompok agama lain dalam memerangi gangguan terorisme. Karena, kekuatan Ormas besar di seperti NU dan Muhammadiyah yang memiliki paham inklusiv dan plularis di Indonesia dapat meredam gejolak di masyarakat dengan ajaran-ajaranya. Dan langkah itu pun harus di dukung seluruh komponen bangsa, karena masalah teroris bersifat global, imbuhnya. (cih)
Terpopuler
1
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
2
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
5
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
6
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
Terkini
Lihat Semua