Warta

Bahasa Jadi Tanda Kehalusan Budi dan Iman

Jum, 25 Februari 2011 | 03:10 WIB

Gresik, NU Online
Dalam segi sastra dan budaya, seharusnya para ustadz mengajarkan bagaimana anak-anak bisa menjadi cinta kepada Rasulullah. Sebab, jika sudah cinta, mereka juga akan taat. Lantas mengamalkan, bertindak, berlaku, dan berbuat dengan indah seperti Rasulullah.

Demikian dikatakan penyair dari Madura D Zawawi Imron dalam Maulid Nabi dan tasyakuran atas selesainya pembangunan gedung SMA Hidayatus Salam, Lowayu Dukun, Gresik Jawa Timur, Kamis (24/2). <<>br />
“Renungkan, betapa bahasa menjadi ciri kehalusan budi dan iman yang mendalam. Nabi menggunakan kekuatan bahasa untuk menyebarkan Islam. Golok itu nomor sekian, dipakai kalau sangat, sangat, dan sungguh sangat mepet. Sekarang golok jangan dipakai, wong sudah ada polisi. Golok untuk mecah kelapa saja,” jelas penyair dengan julukan Celurit Emas itu disambut dengan tawa.

“untuk anak-anak, ketuk pintunya dengan bahasa. Lalu raih hatinya anak-anak kita itu,” kata Zawawi lirih, tapi tepuk tangan hadirin bergemuruh.

“Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, bukan binatang. Maka itu akhlak yang diutamakan, bukan yang lain,” lanjutnya.

Selain dihadiri para murid SMA tersebut, pengurus LP Ma’arif, H. Moh. Nadib, dan para pengurus NU, acara ini juga dihadiri Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik dan para pembina teater dari berbagai sekolah.

Sementara itu, kepala sekolah SMA Hidayatus Salam Ahmad Misbahul Abidin mengatakan, kedatangan D Zawawi Imron sangat berarti bagi semua orang yang hadir.

“Beliau memberi refleksi budaya dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW. Sangat halus tapi meresap di hati. Bahasa memang kekuatan istimewa,” kata Misbahul Abidin.

“Refleksi kehidupan nabi dari sisi bahasa atau sastra tidak hanya diharapkan dapat menginternalisasikan nilai spiritualitas, tap juga menambah kemampuan dalam sastra. Kita berharap dari sinilah kebangkitan sastra pesantren,” jelasnya.

D Zawai Imron datang tidak hanya memberi ceramah tapi juga latihan nyanyi. Dia mengajak para santriwan dan santriwati, semua ustadz dan ustadzah melanjuntunkan syair-syair shalawat nabi. Bak pelatih paduan suara profesional, Zawawi berdiri di tengah panggung dan memandu nyanyian bait demi bait, sementara peserta mengikutinya dengan padu.

Animo hadirin mengikuti acara tampak dengan dengan jelas. Tidak ada seorang pun keluar aula. Uraian, guyonan, nyanyian D Zawawi Imron diikuti dengan serempak, tapi juga khidmat. Sebelum acara selesai dua orang dari komunitas teater membacakan puisi, juga disambut dengan tepukan tangan. Tepat pukul 12 siang acara rampung. (nn)