Warta

Australia Akui Minyak Sebagai Faktor Kunci Keterlibatannya di Irak

NU Online  ·  Kamis, 5 Juli 2007 | 04:09 WIB

Canberra, NU Online
Australia untuk pertama kalinya, Kamis (5/7), mengakui bahwa mengamankan suplai minyak adalah faktor kunci di balik keterlibatannya dalam perang yang dikomandoi Amerika Serikat (AS) di Irak.

Menteri Pertahanan Brendan Nelson mengatakan, sebuah tinjauan strategi pertahanan Australia yang dirilis Kamis ini menyimpulkan bahwa menjaga "keamanan sumber daya" di Timur Tengah adalah sebuah prioritas.<>

"Informasi pertahanan yang kami rilis hari ini menetapkan banyak prioritas bagi pertahanan dan keamanan Australia, dan keamanan sumber daya (minyak) adalah satu di antaranya," kata Nelson kepada Australian Broadcasting Corporation, seperti dilansir sumber AFP.

Nelson menegaskan, kawasan Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak utama di dunia, bukan hanya di Iraq. pihaknya juga mengatakan bahwa "seluruh kawasan adalah penyedia energi yang penting, khususnya minyak untuk ketenangan dunia."

"Rakyat Australia dan kami semua perlu berpikir apa yang akan terjadi jika ada penarikan (pasukan) sebelum waktunya dari Irak," kata Nelson.

Australia bergabung dalam invasi pimpinan AS di Irak pada 2003 silam dan Perdana Menteri John Howard adalah pendukung setia operasi militer AS di negeri seribu satu malam itu. Baru-baru ini, Australia kembali mengirimkan sekitar 1.575 pasukannya ke Irak.

Nelson mengungkapkan, alasan-alasan utama untuk tetap menduduki Irak adalah untuk mencegah kekerasan Al Qaeda, kekerasan antara warga Sunni dan Syiah serta membantu AS memerangi terorisme dan menstabilkan kawasan.

Namun lagi-lagi pihaknya menekankan bahwa menjaga persediaan minyak juga menjadi bagian yang penting dalam mewujudkan stabilitas di kawasan.

"Untuk alasan-alasan itulah, satu di antaranya adalah keamanan energi,  adalah alasan yang sangat penting bahwa Australia memandang, keamanan energi adalah kepentingan kami, kepentingan keamanan kami, guna meyakinkan bahwa kami meninggalkan Timur Tengah, dan khususnya meninggalkan Irak adalah dalam posisinya untuk kemananan berkelanjutan," katanya lagi. (dar)