Warta

Arief Mudatsir Mandan, Ketua LKKNU Terbitkan Otobiografi "My Way"

NU Online  ·  Sabtu, 12 November 2011 | 10:38 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Dr H Arief Mudatsir Mandan menerbitkan otobiografinya berjudul ”my way: keluarga sekolah politik” yang soft launchingnya dilakukan di sanggar Teater Populer, Tanah Abang Jakarta Pusat, Jum’at (11/11) malam.

Arief mengatakan buku yang ditulis dalam bentuk prosa lirik, layaknya puisi panjang ini, merupakan kumpulan dari catatan pribadinya yang ditulis dalam waktu yang panjang dalam berbagai kesempatan, di Jakarta, Jogja, dalam tugas, sampai ketika liburan di Eropa bersama keluarga.
<>
Buku ini sengaja dilaunching pada hari unik, 11-11-2011, yang bertepatan dengan tanggal lahirnya yang ke- 55. Hadir pada kesempatan tersebut para sahabat terdekatnya yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai politisi, seniman, ulama sampai pengusaha. Penyelenggaraan acara di sanggar Teater Populer, dengan tuan rumah Slamet Rahardjo sendiri menunjukkan kiprahnya di dunia seni

Arief yang juga politisi PPP ini mengisahkan banyak sikap dan tindakannya dalam menghadapi situasi nasional dan internasional, termasuk dinamika dalam tubuh PPP dimana ia mengabdikan diri.

Arvin Hakim Thoha, ketua PBNU dalam sambutannya memberi apresiasi, mengingat kesibukannya selama ini, termasuk kesehariannya yang sering bersama dia, masih sempat menuliskan sebuah buku.

“Banyak aspek positif yang bisa menjadi contoh bagi anak muda NU dari Mas Arief, tetapi sayangnya kelemahan-kelemahannya belum terungkap dan itu yang tahu hanya Mas Arief sendiri,” katanya memberi masukan.

Terdapat dua alasan mengapa seseorang menulis otobiografi, pertama karena ia sudah mundur dari dunia public dan sudah merasa mencapai kariernya yang tertinggi sehingga buku yang diterbitkan bisa menjadi pelajaran bagi anak cucu. Kedua, karena ancang-ancang (bersiap.red) untuk meraih posisi yang lebih tinggi lagi.

Penulisan buku ini, menurut Arvin, layaknya seperti kitab kuning atau mocopatan, yang gaya seperti ini sudah tidak ada lagi pada masa kini.

Dari testimoni yang disampaikan oleh para sahabatnya, terungkap bahwa Arief Mudatsir Mandan merupakan figure yang unik, karena ia mampu berkiprah dalam banyak peran, sebagai politisi, intelektual, pengusaha, termasuk seniman.

“Dulu ketika masih menjadi pengurus Ansor, mobilnya penuh kain batik dan katalog ukiran Jepara, kita tinggal pilih mana yang cocok,” kata Muqowwam, anggota DPR RI dari PPP.

Ia juga masih terkenang akan komitmen dari Arief dalam membina para kader-kader PMII dalam berbagai pelatihan pengkaderan dengan mengawal dari awal sampai akhir acara.

Sementara itu, Endin AJ Soefihara mengagumi kemampuan sahabatnya dalam produktifitasnya dalam menulis yang dalam lingkungan NU tak begitu banyak.

Arief yang terlahir di Jepara dalam bukunya tersebut mengaku beruntung terlahir sebagai anak kampung…”masa kecil saya penuh dengan romantika kehidupan kampung, memelihara kambing Jawa, bermain air di sungai, ngarit, menyabit rumput, untuk memberi makan hewan peliharaan saya, memberi makan kambing dan kuda, tapi kami bahagia”

Ia juga mengisahkan tentang perjalanan pendidikannya “masa-masa sekolah itu sendiri, bagi saya tidak harus di kelas, melainkan justru dalam kehidupan social nyata dengan segala kompelsitanya (hal 118). Belajar dari rakyat kecil itulah, saya makin percaya bahwa pengetahuan yang sesungguhnya berada asyarakat itu sendiri, berupa dalam masyarakat itu sendiri, berupa kearifan local, kearifan tradisional.

Demikian pula keresahannya pada PPP, partai hasil fusi NU dan sejumlah partai Islam lainnya yang perlu melakukan perubahan. “saatnya ppp berubah (hal 623) kata para kader yang saya temui, ppp tampak sangat tua, loyo, ndeso, kuno, konservatif dan sebagainya…jika ppp tidak segera melakukan perombakan secara mendasar dan menyeluruh, anak-anak muda ppp yang selama ini setia menjaga partai akan pergi meninggalkan partai yang didirikan para ulama itu (hal 3 66).

Kiprahnya di NU tak berhenti dari waktu ke waktu, ia sempat masuk dalam kepengurusan PP GP Ansor, menjadi sekretaris eksekutif PP Lakpesdam NU dan terakhir sebagai ketua PP LKKNU 2010-2015.

Pandangannya tentang NU tertuang dalam “saya rasa sebagai takdir, saya ditakdirkan lahir sebagai nu, ayah saya nu, mungkin kakek dan buyut saya juga nu, lingkungan saya nu dan seterusnya, tetapi saya tidak mau berhenti begitu saja menerima takdir sebagai nu, saya mencoba  menghayati dan menjalani takdir dengan penuh tanggung jawab”

Ia juga menggambarkan peran penting NU ”…setelah ditempa pengalaman yang begitu banyak, saya makin bisa merasionalkan pandangan saya tentang nu, organisasi yang sering disebut tradisional ini ternyata cukup modern, keterlibatan nu dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sangat nyata dan begitu signifikan, nu menjadi bandul utama yang menyangga integritas bangsa, penjaga kerukunan umat beragama, dan akomodatif terhadap perkembangan masyarakat dunia”

Buku setebal 670 halaman ini juga berisi banyak foto, yang menggambarkan sosok Arief dari masa ke masa dan dari berbagai suasana. Dengan demikian, pembaca mampu memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang sosok Arief.

Mengingat hari tersebut merupakan hari kelahirannya, menurut akte, maka tak ketinggalan acara tiup lilin dan potong kue. Raut kebahagiaan jelas terlihat dari pasangan Arief Mudatsir dan Tina Rosdiana ini. Sayangnya kebahagiaan tersebut kurang lengkap karena kedua putra mereka, Geo Asasi dan Rai Agassi sedang berada di Australia untuk belajar.

Penulis: Mukafi Niam