Warta

Anak-Anak Katulampa Bantu Selamatkan Kali Ciliwung dari Banjir

NU Online  ·  Ahad, 2 Agustus 2009 | 12:47 WIB

Bogor, NU Online
Jangan remehkan peran anak-anak, jika mereka diberi peran, ternyata mereka mampu berbuat sesuatu. Hal ini terbukti seperti yang dilakukan anak SDN Katulampa I Bogor yang melibatkan diri dalam upaya penyelamatan kali Ciliwung dari banjir dan memberikan peringatan dini akan bahaya tersebut bagi teman-teman mereka yang ada di Jakarta.

Hal yang telah mereka lakukan adalah penanaman pohon di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung serta mempelajari ciri-ciri bahaya banjir yang nantinya akan menginformasikan kepada teman-teman sekolahnya di Jakarta untuk bersiap-siap menghadapi bahaya ini jika suatu saat terjadi.<>
 
Keterlibatan anak-anak dalam penyelamatan lingkungan ini bisa dilakukan setelah mereka dilatih selama lima bulan atas inisiatif dari Plan Indonesia dan Pusat Informasi Lingkungan Hidup (PILI)-Green Network pada Februari-Juli 2009 yang diintegrasikan dalam pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

Wika Handini, relawan Green Network menjelaskan dalam kunjungan NU Online ke SDN Katulampa I, Kamis (31/7), anak-anak ini dilibatkan karena daerah mereka dekat dengan aliran sungai yang bisa menimbulkan bencana banjir. Tak hanya di Bogor, program ini juga melibatkan anak-anak di Jakarta yang memiliki potensi dampak banjir, khususnya di kawasan Manggarai Jakarta Pusat.

”Biar mereka lebih siaga menghadapi bencana karena Bogor daerah yang dilalui air dan bagaimana mereka melakukan konservasi DAS. Harapannya, ada jaringan yang kuat antara sekolah di Bogor dan Jakarta dan nantinya bisa mandiri dengan sendirinya,” katanya.

Terdapat enam tahapan dalam menghadapi bencana banjir di Bogor, yang dalam hal ini dikoordinasikan SD Katulampa III yang lokasinya lebih dekat dengan pintu air Katulampa, yaitu pengamatan gejala alam jika terjadi hujan terus menerus, melihat perkembangan kondisi, jika permukaan air naik menghubungi penjaga pintu air, kalau sudah dalam taraf yang membahayakan, menghubungi teman-teman di Jakarta dengan didampingi guru untuk siap siaga dalam menghadapi banjir yang akan datang dalam waktu 4-6 jam lagi.

Meskipun sebenarnya pemerintah sudah memiliki sistem peringatan dini yang sudah bekerja dengan baik, Wika beranggapan keterlibatan anak-anak tetap penting mengingat anak-anak juga warga negera yang patut diakui hak-haknya untuk terlibat dalam masalah publik.

”Mereka memiliki peran penting, anak-anak juga bisa melakukan hal yang sama, khususnya dalam konteks anak-anak dengan anak-anak,” jelasnya.

Terdapat perubahan perilaku yang signifikan pada anak-anak setelah mendapat pelatihan ini. Mereka juga menjadi tahu, keterlibatan mereka dalam kegiatan ini akan membantu teman-teman mereka di Jakarta untuk siap-siaga.

”Dulu buang sampah ke sungai tidak masalah, kini, O... buangnya harus ke tong sampah biar nga mampet. Mereka juga tahu, pohon berperan mengikat tanah agar tidak longsor, Ok, aku akan tanam pohon,” imbuhnya.

Rena Restiana Dewi, guru kelas lima SD Katulampa I juga menyatakan persetujuannya, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi siswa karena rumah mereka dekat dengan sungai Ciliwung sehingga penting untuk mengetahui gejala banjir. Terdapat 11 anak yang dilibatkan menjadi tim siaga bencana banjir. Dijelaskannya, pada tahun 2005 lalu, daerah ini sudah pernah terkena banjir sehingga sangat penting agar peristiwa ini tidak terulang kembali.

Keterlibatan anak-anak dalam kegiatan ini juga mendapatkan respon yang cukup bagus dari orang tua murid karena merasa mendapatkan manfaat tambahan yang tidak diperoleh dalam pelajaran biasa, salah satunya pada Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). Beberapa pengetahuan tentang P3K yang sudah diajarkan adalah penanganan terhadap patah tulang, bagaimana memakaikan gips, semua sudah bisa melakukan.

”Karena kalau bencana ini benar-benar terjadi, korbannya adalah anak-anak. Mereka bisalah menyelamatkan dirinya,” paparnya.

Erna, salah satu anggota tim siaga bencana yang saat ini sudah duduk di kelas enam menjelaskan pelatihan ini sangat bermanfaat buat dirinya. Kini ia sudah mengetahui penyebab banjir.

”Karena adanya pengalihan lahan dari perkebunan menjadi perumahan atau pertokoan. Agar ini tidak terulang, kita harus melakukan menghijauan dan tidak membuang sampah sembarangan,” katanya.

Anwar, juga anggota tim, mengaku setelah pelatihan ini, ia menjadi tahu berbagai macam jenis bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa dan tsunami. Kini, ia beruaha mengingatkan teman-teman agar tidak membuang sampah sembarangan.

Namun, dari lima orang tim siaga bencana yang kini duduk di kelas enam, hanya seorang yang pernah mendengar  istilah global warming atau pemanasan global. Dedi, mengaku mendengarnya sekali di TV, tetapi tidak tahu artinya.

Anak-anak kelas lima, yang ditemui NU Online juga merasa gembira bisa mengikuti pelatihan ini. Ratna Sari Wulan senang karena mendapatkan teman baru dari SD Sempur Kidul, masih di kawasan Katulampa, dan belajar bersama dengan mereka. Ia senang karena sudah pernah diajak ke SD di Jakarta yang terlibat dalam program ini, apalagi tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun.

Masih perlu kerja keras untuk memberikan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan karena banyak anak-anak lainnya yang belum memahami dan bagaimana mengelola lingkungan dengan baik. ”Banyak yang masih buang sampah sembarangan karena mereka belum tahu akibatnya,” kata Agus Awaluddin dari kelas lima dengan nada prihatin. (mkf)