Warta

“Roan”, Tradisi Pelihara Lingkungan para Santri

NU Online  ·  Selasa, 5 Juni 2007 | 12:52 WIB

Kediri, NU Online
Kesadaran para santri di sejumlah pondok pesantren salafiyah di Kediri, Jawa Timur, terhadap masalah lingkungan dipupuk melalui tradisi "roan" yang biasa dilakukan setiap hari Jumat.

"Sejak dari dulu para santri sangan peduli dengan lingkungan, salah satunya dengan melestarikan tradisi roan yang dilakukan setiap hari Jumat," kata pengurus Pondok Pesantren Liboyo, Kota Kediri, Nabiel Harun, Selasa.

<>

Menurut dia, tradisi roan yang merupakan kegiatan bersih-bersih di sekitar lingkungan pondok pesantren itu diikuti oleh semua santri tanpa terkecuali. "Selain bersih-bersih di lingkungan pondok, para santri juga menanami tumbuh-tumbuhan untuk menjaga agar suasana pondok tetap hijau dan bersih," ujarnya.

Kendati tradisi roan merupakan bagian kegiatan ekstra kurikuler, namun bagi santri yang tidak mengikutinya akan dikenai sanksi. Bahkan Ponpes Al Falah, Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri, menerapkan sanksi tegas tehadap para santri yang tidak mengikuti roan massal yang biasa dilakukan setiap bulan sekali.

"Roan massal sudah menjadi kewajiban dan tertuang dalam peraturan umum Ponpes Al Falah, sehingga bagi yang melanggar ada sanksinya," kata pengurus Ponpes Al Falah, M Satori.

Ia menyebutkan, bagi santri yang mangkir dari kegiatan roan massal diwajibkan membersihkan seluruh lingkungan pondok pesantren pada pekan berikutnya. "Selain roan massal, setiap hari Jumat digelar roan antar penghuni setiap masing-masing komplek (barak). Mereka yang kena sanksi itu biasanya disuruh membersihkan semua kompleks di pondok ini," katanya menambahkan.

Oleh sebab itu dengan adanya sanksi yang berat tersebut, lanjut Satori, sangat jarang ditemukan kasus pelanggaran roan di pondok pesantren.

Selain untuk menumbuhkan kesadaran para santri terhadap lingkungan, tradisi roan juga sebagai bentuk kegiatan untuk menjaga kesehatan di sekitar lingkungan pesantren pondok salaf.

"Jadi jangan pernah membayangkan pondok salaf sekarang seperti dulu, lingkungan tidak bersih, banyak santri sakit-sakitan, dan mewabahnya penyakit kulit seperti gudigen. Kebersihan pondok salaf sekarang ini sudah terjaga," ujarnya mengingatkan.

Sementara itu kepedulian santri terhadap lingkungan tersebut mampu menarik perhatian pemerintah dalam mengelola masalah lingkungan di daerah.

Belum lama ini dalam sebuah seminar tentang lingkungan di Tretes, Pasuruan, Kabid Pengembangan Kapasitas Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Provinsi Jawa Timur, Putu Artagiri mengatakan, pihaknya akan melibatkan kalangan santri dalam mengelola lingkungan, terutama mengenai persoalan sampah.

"Keterlibatan santri ini akan kami jadikan proyek percontohan dalam mengelola lingkungan dan mengatasi persoalan sampah di berbagai daerah," ujarnya. (ant/tna)