Beberapa fihak saat ini masih melihat Islam dengan citra yang kurang baik seperti radikal dan kekerasan. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh ketidaktepatan metodologi dalam melihat Islam.
“Mereka hanya melihat sejarah dinamika perkembangan Islam, padahal ajaran pokok Islam dalam Qur’an ayat-ayatnya jauh lebih banyak yang membicarakan aspek perdamaian daripada kekerasan,” kata Dr Lutfi Zuhdi dalam seminar Islam, Radikalisme Beragama dan NKRI di Universitas Indonesia Depok, Kamis (28/8).<>
Diakuinya, sejarah perkembangan Islam memang tidak lepas dari sejumlah kekerasan dan perebutan kekuasaan. Namun ini dinilainya lebih mencerminkan perilaku individu, bukan sebuah ajaran.
Dosen UI tersebut menjelaskan hanya terdapat 10 kata “bunuhlah” dalam al Qur’an sementara kata-kata “rahman-rahim” atau kasih saying jauh lebih banyak. “Surat Al Fatihah sebagai ummul kitab juga menegaskan prinsip perdamaian dalam Islam,” katanya.
Namun demikian, Ahli Kajian Timur Tengah ini menegaskan Islam juga meletakkan peperangan sebagai bagian dari dakwah, tetapi dengan batasan ketat yang menghargai aspek kemanusiaan.
Saat Khalifah Abu Bakar mau menyerang daerah kekuasaan Romawi, yang saat ini mencakup daerah Damaskus Lebanon, ia meminta para pejuang muslim untuk tidak membunuh orang tua, wanita, anak-anak dan melarang menebang pohon.
Prinsip yang dilaksanakan oleh Abu Bakar ini menurutnya jauh lebih baik daripada perang yang saat ini dilakukan oleh Amerika Serikat yang telah melakukan penghancuran besar-besaran di Irak, yang dinilainya sudah merupakan kriminalisasi negara. (mkf)
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
2
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
3
Upah Guru Ngaji menurut Tafsir Ayat, Hadits, dan Pandangan Ulama
4
Khutbah Jumat: Rawatlah Ibumu, Anugerah Dunia Akhirat Merindukanmu
5
Pakar Linguistik: One Piece Dianggap Representasi Keberanian, Kebebasan, dan Kebersamaan
6
IPK Tinggi, Mutu Runtuh: Darurat Inflasi Nilai Akademik
Terkini
Lihat Semua