KH Shoheh Bunikasih, Ulama Sunda Murid Syekh Al-Azhar Ibrahim Al-Baijuri
NU Online · Rabu, 15 Januari 2020 | 15:00 WIB
Saya dan rombongan kawan-kawan Pascasarjana UNUSIA Jakarta berkesempatan menziarahi makam KH Shoheh ini pada Selasa (14/1), diantar oleh KH Heri Romdloni, pengasuh Pesantren al-I'tishom Coblong, Tegallega, Warungkondang, Cianjur. KH Heri Romdloni adalah alumni Pesantren Lirboyo Kediri.
Dalam kitab "Fawa'id al-Muhtaj" yang mengisahkan riwayat hidup KH Ahmad Syathibi (Mama Gentur, w. 1947 M), ulama sentral di Tatar Pasundan pada paruh pertama abad ke-20 M, disebutkan bahwa KH Syathibi Gentur pernah belajar dan menjadi santri dari KH Shoheh Bunikasih. Kitab "Fawa'id al-Muhtaj" merupakan karangan KH Dahyatullah bin KH.Rahmatullah, yang tak lain adalah cucu dari KH Ahmad Syathibi Gentur.
Jarak antara Gentur (Jambudipa) dengan Bunikasih memang tidak terlalu jauh, terpaut sekitar 3 kilo meter.
Dikisahkan dalam kitab tersebut bahw KH Shoheh Bunikasih adalah murid dari syekh Ibrahim al-Baijuri (w. 1860 M), ulama besar Mesir yang pernah menjabat sebagai Grand syekh Al-Azhar Kairo sekaligus pengarang banyak kitab-kitab rujukan, di antaranya adalah kitab "Hasyiah al-Baijuri 'ala Fath al-Qarib" (dalam bidang fikih atau yurisprudens), "Hasyiah Tuhfah al-Murid 'ala Jauharah al-Tauhid" (dalam bidang teologi), termasuk nazham (puisi) "Masa'il al-Baijuri fi al-'Aqa'id" (nazhaman ini yang kemudian disyarah oleh syekh Nawawi Banten).
KH Shoheh Bunikasih juga ternyata merupakan kawan dari syekh Nawawi Banten (w. 1897 M), ulama besar Makkah abad ke-19 M yang banyak menulis karya keilmuan Islam dan berasal dari Nusantara.
Informasi penting lainnya yang didapati dari kitab tersebut adalah keberadaan KH Shohehlah yang ternyata yang memotivasi syekh Nawawi Banten untuk menulis kitab "Tijan al-Darari" yang merupakan syarah atau penjelasan atas teks (matan) kitab "Masa'il al-Baijuri [fi al-'Aqa'id]" karangan syekh Ibrahim al-Baijuri yang merupakan guru keduanya.
Sosok yang dimaksud oleh syekh Nawawi Banten dalam redaksi (طلب مني بعض الإخوان) "telah meminta kepadaku seorang sahabatku untuk menulis kitab Tijan al-Darari", tak lain dan tak bukan adalah KH Shoheh Bunikasih ini.
Selain KH Shoheh Bunikasih, dalam kitab itu juga disebutkan seorang ulama Priangan lainnya yang menjadi murid dari syekh Ibrahim al-Baijuri ini, yaitu KH Adzro'i Bojong, Garut (w. ?). Sayangnya saya belum mendapatkan informasi dan data yang cukup memadai terkait sosok KH Adzro'i Bojong Garut ini.
Selain dipertalikan oleh sanad keguruan pada syekh Ibrahim al-Baijuri, antara syekh Nawawi Banten, KH Adzro'i Garut, dan KH Shoheh Bunikasih, ketiganya juga dipertemukan sanad keilmuannya sebagai sama-sama murid dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (w. 1886), pengarang kitab "Syarah Mukhtashar Jiddan 'ala al-Ajurumiyyah" sekaligus mufti madzhab Syafi'i di Makkah pada masanya. Wallahu A'lam.
Editor: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua