Tokoh

KH Abubakar Yusuf, Tokoh NU dan Santri Hadratussyekh dari Karawang

Sel, 10 Desember 2019 | 14:15 WIB

KH Abubakar Yusuf, Tokoh NU dan Santri Hadratussyekh dari Karawang

KH Abubakar Yusuf

Meski penulisan sejarah tentang NU dan tokoh-tokohnya terus dilakukan, tapi masih tetap saja masih kurang, dan tentu saja masih banyak peristiwa yang tercecer dan tokoh yang belum mendapatkan tempatnya dalam sejarah. 

Dua tahun lalu misalnya, ketika Kiai Syam’un ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh pemerintah, warga NU sebagian besar tidak mengetahui latar belakang dan perannya. Padahal Kiai Syam’un sangat besar peranannya dalam pergerakan sejarah bangsa secara umum, dan khususnya NU. Ia pernah aktif menjadi pengurus NU di daerahnya dan menghadiri beberapa kali muktamar NU. Bahkan, saat muktamar itu dilakukan di Banjarmasin pada tahun 1934. 

Salah seorang tokoh yang berlum mendapatkan perhatian dalam penulisan sejarah NU adalah KH Abubakar Yusuf. Tokoh NU dari Kabupaten Karawang. Ia seharusnya tak hanya dikenal di daerah kelahirannya, Desa Karasak, tapi di tingkat nasional, sebab ia merupakan anggota Konstituante NU. 

Berdasarkan penelusuran penulis, berikut data dia di Konstituante 

Nomor anggota    : 253
Fraksi                   :    NU (Nahdlatul Ulama)
Tanggal Lahir     :    10 November 1905
Tempat Lahir     :    Kota Palembang, Sumatera Selatan
Agama        :    Islam
Tipe Anggota    :    Biasa
Alamat        :    Kb. Krasak 583 Tjimadja, Krawang Kab. Karawang, Jawa Barat
Pendidikan      :       S.R. 4 th.ELS/SR (SD)/Sederajat, pesantren 10 thn.AMS (SMA)/Sederajat
 
Riwayat Hidup
Di bagian lain data tentangnya, KH Abubakar Yusuf mencantumkan pekerjaan sebagai pedagang. Ia memang terlahir dari ibu keturuanan Jawa, Hatijah, dan ayah dari dari Palembang, Sumatera Selatan. Ayahandanya, Muhammad Yusuf, merupakan seorang pedagang sejak masa mudanya. Meski demikian, sang ayah memiliki keinginan anak-anaknya memahami ilmu agama sehingga mereka dikirim ke berbagai pesantren ternama waktu itu. baik di Jawa Barat maupun Jawa Timur. 

Muhammad Yusuf mengirim Abubakar ke Tebuireng. Ia berguru kepada pemuka agama masyhur, mahaguru para ulama di zamannya, yakni pendiri NU, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Menurut salah seorang cucunya, Moch Iqbal, Abubakar diperkirakan menjadi santri Hadratussyekh sekitar 7 sampai 10 tahun. Pada saat Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mendirikan NU di Surabaya, pada 31 Januari 1926, Abubakar Yusuf masih menjadi santri. 

Dengan demikian, KH Abubakar Yusuf di Pesantren Tebuireng semasa dengan santri-santri dari Priangan, misalnnya KH Abdullah Cicukang dari daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Mungkin juga sezaman dengan KH Ahmad Dimyati Sirnamiskin dan KH Suhrowardi Sentiong (Pondok Pesantren Al-Hidayah). 

Sebagaimana santri-santri lain, sepulang dari Tebuireng, Abubakar Yusuf berusaha mengamalkan ilmunya di daerah Karasak, Karawang. Ia memulainya dengan madrasah untuk pendidikan anak-anak dan mendidik anak muda dan orang tua melalu Masjid Jami As-Salaf. Tak sedikit orang yang diajarinya menjadi ustadz. Selain itu, ia juga menjadi salah seorang penggerakan NU di wilayahnya. Pada tahun 1937 misalnya, Desa Karasak resmi menjadi Ranting NU. Bukti Syahadah (Surat Keputusan)-nya masih tersimpan di pihak keluarga. 

Syahadah tersebut ditulis dengan huruf bahasa Arab di bagian kop. Penjelasannya, di bagian kanan menggunakan bahasa Arab dan sebelah kiri dengan bahasa Melayu. Meskipun sudah buram, tapi masih bisa terbaca.  
 
Syahadah yang bernomor 8 itu mengatakan: Kemudian maka jabatan....cabang dari Jam’iyyah Nahdlatul Ulama di Purwakarta Subang berkenan mengesahkan berdirinya kring (ranting) dari Jam’iyyah Nahdlatul Ulama di Karasak, tanggal... (tidak terbaca dengan jelas) pada bulan Oktober 1937. 

Pada muktamar NU kedelapan, yang diselenggarakan di Jakarta pada tahun 1933, ada kiai yang hadir dari daerah Jatiragas, Karawang. Jika dilihat di peta, daerah tersebut merupakan tetangga Karasak, tempat Abubakar Yusuf tinggal. Pada absensi muktamar, memang bukan Abubakar yang hadir, tapi kemungkinan besar, ia pernah berinteraksi dengannya. Karena NU tersebar melalui santri-santri para pendirinya. Kemungkinan lain, Abubakar hadir ke muktamar tersebut, tapi tidak mencatatkan diri atau tidak dicatat.

Mengabdi di Masyarakat hingga Ujung Usia 
KH Abubakar Yusuf, memiliki pergaulan yang luas, terutama dengan tokoh-tokoh NU di tingkat nasional. Salah seorang cucunya, Moch Iqbal menjadi saksi bahwa sang kakek sering berkunjung dan dikunjungi tokoh NU di tingkat pusat. KH Idham Chalid, KH Saifuddin Zuhri, H Jamaluddin Malik, Subchan ZE, merupakan tokoh yang pernah berkunjung ke Karasak. Hingga tahun 1969, ia aktif di Partai NU menjadi anggota dewan di tingkat provinsi. 

Setelah tahun itu, Abubakar Yusuf menarik diri dari kehidupan politik. Ia lebih banyak membina masyarakat di daerahnya. Meski demikian, hubunganya dengan tokoh-tokoh NU yang lebih muda tetap terjalin. Ia menjadi sandaran nasihat mereka. 

Anak Cucunya Jadi Penggerak NU
KH Abubakar Yuusuf berputera dua orang. Mereka adalah Abdul Latif dan Abdurrokhim (lebih dikenal dengan nama H. Deci Abdurrokhim). Abdul Latif meninggal di usia yang masih muda, tapi sempat menikah dan memiliki tiga puteri. Sementara H. Deci Abdurrokhim menikah dengan puteri seorang kiai di Jatiragas, Mama Ajengan Dasuqi. 

Sebelumnya, H Deci Abdurrokhim dikirim ayahnya mondok di Tebuireng dan masih sempat berguru kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Sebagaimana ayahandanya, H Deci Abdurrokhim aktif menjadi pengurus NU di Karawang. Ia pernah duduk sebagai anggota DPRD Provinsi hingga tahun 1979. Kemudian ia menjadi anggota DPRD Karawang melalui pemilu tahun 1977. 

Putera H Deci Abdurrokhim juga menjadi penggerak PCNU Karawang. Moch Iqbal misalnya pernah menjadi Wakil Bendahara  Wakil Ketua PCNU Karawang saat ketuanya HM. Soleh Hasan Basri. Sementara anaknya yang lain, H Moch. Fauzan duduk sebagai Wakil Ketua PCNU Karawang.

Penulis: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad
Â