Tasawuf/Akhlak

Amalan Sunnah di Hari Maulid Nabi Muhammad

Sel, 19 Oktober 2021 | 08:00 WIB

Amalan Sunnah di Hari Maulid Nabi Muhammad

Amalan sunnah di hari Maulid Nabi Muhammad saw.

Banyak orang bersyukur atas kelahiran Nabi Muhammad (571 M). Mereka menggelar peringatan tasyakuran atas awal perubahan tatanan moral dunia yang ditandai dengan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad saw.


Mereka mengisi peringatan maulid nabi setiap bulan Rabiul Awwal pada setiap tahunnya dengan berbagai macam kegiatan, yaitu zikir, shalawat, pembacaan buku rawi (buku sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw), serta berbagi makanan.


Masyarakat menunjukkan sukacitanya. Mereka menyambut gembira hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Mereka mengenangnya sebagai orang berbudi pekerti luhur yang sangat sempurna tanpa mengaku sebagai dewa, malaikat, atau tuhan.


Di Indonesia pengurus masjid atau mushala, lembaga keagamaan, kantor kementerian agama umumnya mereka menetapkan tanggal peringatan. Sebagian orang menyesuaikan peringatan maulid dengan tanggal kelahiran Nabi Muhammad saw, yaitu 12 Rabiul Awwal. Sebagian lagi memilih acara peringatan maulid setelah itu dengan sejumlah pertimbangan.


Orang Indonesia pada umumnya mengisi peringatan maulid dengan pembacaan kitab rawi (buku riwayat Nabi Muhammad) melalui atau tanpa iringan tabuhan rebana, pembacaan ayat Al-Qur’an, penyampaian ceramah agama, dan makan bersama di tempat atau pembagian makanan yang biasa disebut “berkat”.


والشكر لله تعالى يحصل بأنواع العبادات كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي صلى الله عليه وسلم الذي هو نبي الرحمة في ذلك اليوم


Artinya, “Syukur kepada Allah swt terwujud dengan pelbagai jenis ibadah, misalnya sujud (shalat sunnah), puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an. Adakah nikmat yang lebih besar pada hari ini dari kelahiran Nabi Muhammad saw, nabi kasih sayang,” (Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], halaman 63).


Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan, rasa syukur kepada Allah atas nikmat apapun atau dalam konteks ini atas nikmat kelahiran Nabi Muhammad saw sebaiknya diekspresikan dengan semua aktivitas kebaikan yang dapat dimaknai sebagai bentuk syukur kepada Allah.


Yang perlu digarisbawahi dari As-Suyuthi, dalam peringatan maulid terdapat edukasi berupa konten yang memotivasi orang untuk beramal saleh. Oleh orang Indonesia, hal ini diterjemahkan dalam bentuk taushiyah atau ceramah agama.


Oleh karena itu, ceramah pada peringatan maulid Nabi Muhamad saw harus diisi dengan ceramah agama, bukan ceramah provokatif, agitatif, hoaks, konten yang berisi ujaran kebencian bernuansa SARA.


وأما ما يعمل فيه فينبغي أن يقتصر فيه على ما يفهم من الشكر لله تعالى من نحو ما تقدم ذكره من التلاوة والإطعام والصدقة وإنشاء شيئ من المدائح النبوية والزهدية المحركة للقلوب إلى فعل الخير والعمل للآخرة


Artinya, “Adapun amalan yang dapat dilakukan pada hari maulid seyogianya dibatasi pada aktivitas yang dipahami sebagai bentuk syukur kepada Allah sebagaimana telah disebutkan, yaitu pembacaan Al-Qur’an, berbagi makanan, sedekah, menggubah (atau pembacaan gubahan) pujian atas akhlak Rasul, dan menggubah syair kezuhudan yang memotivasi hati orang untuk berbuat baik dan perbekalan amal akhirat,” (As-Suyuthi: 64).


Pada dasarnya ucapan dan ungkapan rasa syukur adalah sunnah yang dianjurkan agama Islam dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadits nabi. Oleh karena itu, sejauh itu ekspresi rasa syukur kepada Allah atas kelahiran (maulid) Nabi Muhammad saw, maka peringatan maulid Nabi Muhammad saw menjadi sebuah keniscayaan.


Adapun ungkapan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad saw diekspresikan dengan berbagai macam kebaikan yang dapat mendekatkan masyarakat kepada Allah. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)