Tasawuf/Akhlak

5 Hal Prinsip dalam Urusan Hati

NU Online  Ā·  Jumat, 31 Januari 2020 | 01:00 WIB

5 Hal Prinsip dalam Urusan Hati

Menurut Imam al-Ghazali, siapa pun yang hendak menata laku amalnya, mulailah dengan menata hati.

Hati adalah bagian terpenting dalam diri manusia. Mengapa disebut yang terpenting? Sebab hati menjadi penentu baik dan buruknya amalan anggota tubuh yang lain, sekaligus menjadi penentu bernilai atau tidaknya amal pemiliknya. Tak hanya itu, hati juga merupakan bagian yang paling mudah terpengaruh, mudah berubah, dan juga sulit diobati.

Ā 

Tak heran bila para ulama tasawuf memiliki perhatian besar terhadap urusan yang satu ini. Salah satunya ialah Imam al-Ghazali. Menurutnya, siapa pun yang hendak menata laku amalnya, maka mulailah dengan menata hati. Namun, ia tidak akan mampu menata hatinya dengan baik, sebelum mengetahui lima hal prinsip tentangnya.

Ā 

Pertama, Allah maha mengetahui apa pun yang tersimpan, yang terbesit, dan dirahasiakan dalam hati hamba-hamba-Nya. Hal itu berdasarkan firman-Nya sebagai berikut ini.

Ā 

ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‡ŁĀ ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł Ł…ŁŽŲ§ فِي Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŲØŁŁƒŁŁ…Ł’

Ā 

Artinya: ā€œDan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu,ā€ (QS al-Ahzab [33]: 51).

Ā 

Ayat-ayat lain yang senada dengannya menyebutkan, ā€œDia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati,ā€ (QS al-Mukmin [40]: 19); ā€œDan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan,ā€ (QS al-Nahl [16]:19); ā€œKewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikanā€ (QS al-Maidah [5]: 99). Dan masih banyak lagi ayat yang sejalan dengan kandungan ayat di atas.

Ā 

Namun, intinya siapa pun yang sudah sampai pada hakikat ini, tidak akan berani menyimpan atau merahasiakan sesuatu yang tidak baik dalam hatinya. Sebab, semuanya diketahui secara pasti oleh Allah swt.

Ā 

Kedua, Allah tidak memandang rupa, wajah, atau kulit hamba-Nya. Yang dipandang darinya hanyalah hatinya. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ā€˜alaihi wasallam:

Ā 

Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŲøŁŲ±Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŲµŁŁˆŁŽŲ±ŁŁƒŁŁ…Ł’ŲŒ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ŲŒ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ†Ł’ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŲøŁŲ±Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŲØŁŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ¹Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁŒ ŲµŁŽŲ§Ł„ŁŲ­ŁŒ ŲŖŁŽŲ­ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŲ²Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŁ„Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ ŲØŁŽŁ†ŁŁŠ Ų¢ŲÆŁŽŁ…ŁŽ Ų£ŁŽŁƒŁ’Ų±ŁŽŁ…ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų£ŁŽŲŖŁ’Ł‚ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’

Ā 

Artinya, ā€œSesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amalan kalian. Siapa saja yang memiliki hati yang bersih, maka Allah menaruh simpati padanya. Kalian hanyalah anak cucu Adam. Tetaplah yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling takwa,ā€ (HR. Al-Thabrani).

Ā 

Ā 

Ketiga, hati ibarat raja, sedangkan anggota tubuh lain ibarat rakyat yang mengikutinya. Jika yang diikuti baik, maka pengikutnya pun akan baik. Jika pemiminnya lurus, maka rakyatnya juga lurus. Adakalanya, pemimpin lurus, rakyatnya terkadang tidak lurus, apalagi pemimpinnya tidak lurus. Ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ā€˜alaihi wasallam yang menyatakan:

Ā 

Ų£ŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ فِي Ų§Ł„Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ Ł…ŁŲ¶Ł’ŲŗŁŽŲ©Ł‹: Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŲµŁŽŁ„ŁŽŲ­ŁŽŲŖŁ’ ŲµŁŽŁ„ŁŽŲ­ŁŽ Ų§Ł„Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŁ„Ł‘ŁŁ‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŁŁŽŲ³ŁŽŲÆŁŽŲŖŁ’ ŁŁŽŲ³ŁŽŲÆŁŽ Ų§Ł„Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŁ„Ł‘ŁŁ‡ŁŲŒ Ų£ŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁŠŁŽ Ų§Ł„Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁ

Ā 

Artinya, ā€œIngatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Daging tersebut ialah hati,ā€ (HRĀ al-Bukhari).

Ā 

Demi menjaga setiap amalan tetap baik, maka siapa pun harus menjaga dan selalu memperbaiki keadaan hatinya.

Ā 

Keempat, hati adalah gudang berbagai macam permata berharga dan makna-makna penting bagi seorang hamba. Permata pertama adalah akal, sedangkan permata paling mulia adalah makrifat kepada Allah, yang merupakan sebab kebahagiaan dunia dan akhirat. Permata berikutnya adalah mata hati (bashirah) yang menjadi modal untuk mendekat dan menghadap kepada Allah. Selanjutnya adalah niat yang tulus dalam ketaatan, sekaligus yang menjadi faktor penentu tercapai dan tidaknya pahala kekal di sisi Allah. Berikutnya ialah macam-macam ilmu, hikmah, pengetahuan, yang menjadi faktor kemuliaan hamba, baik di hadapan Allah maupun di hadapan makhluk. Permata terakhir ialah perangai atau sifat-sifat yang terpuji.

Ā 

Maka demi menjaga keberadaan permata-permata di atas, hati harus selalu bersih dan dijaga dari berbagai macam kotoran dan penyakit.

Ā 

Kelima, hati memiliki beberapa keadaan berikut ini.

  1. Hati selalu menjadi sasaran serangan lawan. Dalam hal ini adalah serangan setan. Setan selalu mengintai kelengahannya. Ketika pemiliknya berdzikir, setan sedikit menjauh darinya. Namun, ketika pemilik hati lalai, setan kembali membisikinya. Di saat yang sama hati juga menjadi tempat turunnya bisikan baik, terutama ilham dan bisikan malaikat. Sehingga hati tidak terlepas dari dua sumber bisikan tersebut.
  2. Kesibukan hati jauh lebih banyak dari kesibukan anggota tubuh yang lain. Bagaimana tidak karena akal dan hawa nafsu berada di dalamnya. Tak heran hati menjadi tempat pertarungan antara dua pasukan besar, yakni pasukan nafsu beserta bala tentaranya dan pasukan akal beserta bala tentaranya.
  3. Khawatir atau bisikan yang datang ke dalam hati jumlahnya sangat banyak. Bisikan itu ibarat anak panah yang diarahkan kepadanya. Ia bagaikan air hujan yang terus menghujaninya baik siang maupun malam. Seorang ulama mengatakan, dalam sehari semalam, hati tidak kurang menerima tujuh puluh ribu bisikan, baik bisikan baik maupun bisikan yang buruk. Tidak ada yang bisa menolak bisikan itu. Berbeda dengan mata yang bisa beristirahat dengan menutupkan kedua bibirnya, hati terus-menerus dihujani bisikan.
  4. Mengatasi dan mengendalikan keadaan hati sangatlah sulit. Pasalnya, keadaan hati tidak terlihat. Apa yang terjadi di dalamnya terkadang tidak bisa dirasakan, sampai akibatnya benar-benar terlihat. Penyakit hasud atau dendam, misalnya. Tidak mudah dideteksi dan dihilangkan seseorang. Dibutuhkan upaya keras, pandangan yang tajam, timbangan yang matang, dan pelatihan jiwa, untuk mengobatinya.
  5. Kerusakan yang menimpa hati begitu cepat. Keadaannya mudah berubah. Para ahli bahasa menyatakan, mengapa hati disebut dengan kablu? Karena ia berasal dari kata qalbu, yang dalam bahasa Arab, berarti sesuatu yang mudah sekali berubah. (Lihat: al-Ghazali, Minhajul ā€˜Abidin, [Surabaya: Maktabah Muhammad ibn Ahmad], hal. 34-35).

Ā 

Semoga Allah senantiasa meneguhkan hati kita semua, terlebih jika hati kita telah mendapatkan hidayah dari-Nya.

Ā 

Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŲ²ŁŲŗŁ’ Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŲØŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽ ؄ِذْ Ł‡ŁŽŲÆŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ‡ŁŽŲØŁ’ Ł„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ مِنْ Ł„ŁŽŲÆŁŁ†Ł’ŁƒŁŽ Ų±ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲ©Ł‹ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŁ‡Ł‘ŁŽŲ§ŲØŁ

Ā 

Artinya, ā€œYa Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia),ā€ (QS Ali ā€˜Imran [3]: 8).

Ā 

ŁŠŁŽŲ§ Ł…ŁŁ‚ŁŽŁ„Ł‘ŁŲØŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŲØŁ Ų«ŁŽŲØŁ‘ŁŲŖŁ’ Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁŁŠ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŲÆŁŁŠŁ†ŁŁƒŁŽ

Ā 

Artinya, ā€œWahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam agama-Mu.ā€

Ā 

Wallahu a'lam.

Ā 

Ā 

Penulis: M. Tatam Wijaya

Editor: Mahbib

Ā 

Ā