Pengertian Asma Allah, Lahir dan Batin
NU Online · Selasa, 24 Juli 2018 | 12:00 WIB
Bagaimana pengertian bahwa Allah bersifat tampak, tetapi Allah juga bersifat sembunyi? Syekh Ibnu Athaillah mencoba menguraikan kedua kata itu agar lebih mudah dipahami masyarakat awam. Dalam Al-Hikam, Syekh Ibnu Athaillah mengatakan sebagai berikut:
Artinya, “Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia bersifat sembunyi (batin) dan (Dia) menyembunyikan wujud segala sesuatu karena Dia bersifat tampak (lahir).”
Syekh Syarqawi mencoba menjelaskan ungkapan Syekh Ibnu Athaillah tersebut. Menurut Syekh Syarqawi, dengan asma bathin Allah menampakkan segala sesuatu selain diri-Nya karena tiada apapun di “ruang” persembunyian.
Artinya, “(Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia bersifat sembunyi [batin]) asma-Nya yang disebut sembunyi (batin) menuntut ketiadaan satu pun yang menyertai-Nya dalam persembunyian (batin). Oleh karena itu, Allah menampakkan segala sesuatu, maksudnya Allah menjadikan semuanya tampak sehingga tiada yang tersembunyi selain-Nya,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 103).
Sebaliknya, kata Syekh Syarqawi, dengan asma zhahir Allah melenyapkan segala sesuatu selain diri-Nya sehingga tiada satu pun tersisa kecuali Dia yang ada di “ruang” penampakan.
Artinya, “(Allah menyembunyikan wujud segala sesuatu karena Dia bersifat tampak [lahir]) asma-Nya yang disebut tampak (lahir) menuntut ketiadaan satu pun yang menyertai-Nya dalam penampakan (lahir). Oleh karena itu, Allah menyembunyikan wujud segala sesuatu, maksudnya Allah tidak menjadikan segala selain-Nya ada dari zat-Nya. Segala ciptaan-Nya itu hakikatnya nihil. Tiada satu pun dari mereka itu hadir melainkan karena wujud Allah juga,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 103).
Syekh Syarqawi kemudian menyimpulkan bahwa Allah SWT selalu wujud baik dalam “ruang” tampak dan “ruang” sembunyi karena yang hakiki adalah wujud-Nya. Sedangkan wujud ciptaan-Nya hanya bersifat majazi atau semu, yang sebenarnya wujud mereka nihil belaka.
Artinya, “Simpulannya, salah satu asma Allah adalah lahir dan batin. Asma lahir menuntut penyembunyian segala sesuatu sehingga tidak ada yang tampak di samping-Nya dan ketika itu lenyaplah wujud segala sesuatu. Sementara asma batin menuntut penampakan segala sesuatu sehingga tidak ada yang tersembunyi di samping-Nya dan ketika itu wujud segala sesuatu menjadi tampak karena wujud-Nya. Jadi, Allah SWT adalah wujud dengan segala kategori. Tiada wujud satupun selain Allah melainkan dengan jalan mengikuti saja (atas wujud Allah) bagi mereka yang terbuka pandangan batinnya, lain dengan mereka yang terhijab (pandangan batinnya),” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 103). Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
3
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua