Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 51: Penyakit 'Ain, Bahaya dan Cara Mengatasinya
NU Online · Ahad, 29 September 2024 | 06:00 WIB
Muhammad Tantowi
Kolomnis
Penyakit 'Ain merupakan salah satu bentuk gangguan yang diyakini disebabkan oleh pandangan iri atau dengki seseorang, yang dapat membawa dampak negatif pada kesehatan fisik maupun mental.
Meskipun penyebabnya tidak tampak secara medis, banyak ulama dan praktisi ruqyah mengakui keberadaan penyakit ini berdasarkan dalil-dalil dalam al-Qur'an dan hadits. Misalnya, ayat ke-51 surat Al-Qalam tentang penyakit 'Ain, yaitu:
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
Baca Juga
Melawan Sihir dengan Muawwidzatain
wa iy yakâdulladzîna kafarû layuzliqûnaka bi'abshârihim lammâ sami‘udz-dzikra wa yaqûlûna innahû lamajnûn
Artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan matanya ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan berkata, “Sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) benar-benar orang gila."
Menurut Al-Qurthubi, latar belakang turunnya ayat ini berkaitan dengan seorang laki-laki Arab pada masa dahulu yang berpuasa atau bertapa selama dua atau tiga hari tanpa makan.
Setelah itu, ia mendirikan tenda. Ketika ada unta atau kambing yang melewatinya, dengan takjub ia berkata, "Kami belum pernah melihat unta dan kambing seperti hari ini!" Tak lama kemudian, beberapa unta dan kambing tersebut jatuh dan mati.
Mengetahui hal ini, orang-orang kafir meminta lelaki tersebut untuk mencelakai Nabi Muhammad SAW dengan pandangannya, dan ia pun menyanggupinya. Ketika Nabi lewat, lelaki itu berkata, "Kaummu benar-benar mengira bahwa kamu adalah pemimpin yang membawa harapan baik, namun sebenarnya kamu hanyalah pemimpin yang terkena 'ain." Namun, Allah SWT melindungi Nabi, dan sebagai respons atas kejadian ini, turunlah ayat tersebut.
Menurut Al-Qusyairi sebagaimana dikutip oleh Al-Qurthubi dalam al-Jami' Li Ahkamil Qur'an (Beirut, Muassasatur Risalah, 2006: XXI/185), bahwa dalam kasus seperti di atas terdapat pandangan yang menyatakan bahwa musibah yang datang akibat penyakit 'Ain hanya karena pandangan baik dan takjub, bukan karena pandangan dengan penuh kebencian.
Baca Juga
Anjing dan Sihir sebagai Penjaga
Namun, pendapat ini segera dilengkapi dengan argumen lain yang menyatakan bahwa pada hakikatnya, 'Ain berawal dari pandangan yang bermuatan permusuhan. Bahkan, pandangan tersebut pada dasarnya mengandung niat untuk mencelakai atau membinasakan.
Sampai di sini, jelaslah bahwa 'Ain merupakan ancaman nyata yang dapat menimpa siapa saja, kapan saja. Hanya dengan pandangan mata atau ucapan ringan, seseorang bisa terkena musibah, bahkan dalam kejadian yang tampak tidak masuk akal. Untuk memahami seberapa besar bahaya penyakit 'Ain, Imam as-Suyuthi mengutip hadits dari Ibnu 'Adiyyi dan Abu Nu'aim dalam kitab al-Hilyah, yang diriwayatkan dari Jabir RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
الْعَيْنُ تُدْخِلُ الرَّجُلَ الْقَبْرَ وَالْجَمَلَ الْقِدْرَ
Artinya, "‘Ain (pandangan hasad) dapat memasukkan seseorang ke dalam kubur dan seekor unta ke dalam panci (karena menyebabkan kematian)."
Bahkan, menurut riwayat yang disampaikan oleh As-Suyuthi dalam Ad-Durrul Mantsur (Beirut, Darul Fikr, 2011: XIV/659), bahwa bahaya penyakit 'Ain menempati posisi kedua setelah kematian yang disebabkan oleh qadha' dan qadar Allah SWT. As-Suyuthi menyebutkan:
أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِىْ بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ
Artinya, "Mayoritas orang meninggal selain karena qadha' dan qadar Allah SWT adalah karena 'Ain .
Keganasan 'Ain ini juga pernah diungkapkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, yang menyatakan bahwa seandainya ada sesuatu yang mampu mendahului qadha' dan qadar Allah SWT, niscaya 'Ain-lah yang akan mendahuluinya. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Imam Muslim dari Ibnu Abbas RA, di mana Nabi Muhammad SAW bersabda:
الْعَيْنُ حَقٌّ لَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدْرَ سَبَقَتْ الْعَيْنُ فَإِذَا اغْتَسَلْتُمْ فَاغْسِلُوْا
Artinya, "‘Ain itu benar adanya. Jika ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, maka ‘Ain-lah yang akan mendahuluinya. Karena itu, jika kalian diminta untuk mandi (untuk menghilangkan pengaruh 'Ain), maka mandilah."
Karena 'Ain sangat berbahaya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa perlindungan agar terhindar darinya, baik untuk diri sendiri, anak, istri, maupun orang lain. Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW merasa sedih karena Sayyid Hasan dan Sayyid Husain terkena 'Ain. Kemudian, Jibril AS datang dan mengajarkan suatu doa, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quranil Azhim (Beirut, Darul Fikr, 1981: XXX/108-110).
اللَّهُمَّ ذَا السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ وَالْمَنِّ الْقَدِيْمِ ذَا الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ وَلِيَّ الْكَلِمَاتِ التَّامَّاتِ وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَاتِ عَافِ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنِ مِنْ أَنْفَسِ الْجِنِّ وَأَعْيُنِ الْإِنْسِ
Artinya, "Wahai Allah yang memiliki kekuasaan agung, yang memiliki anugerah yang terdahulu, yang memiliki 'wajah' mulia, yang mengelola kalimat-kalimat sempurna dan doa-doa mustajab. Sembuhkanlah al-Hasan dan al-Husain dari hal-hal yang disukai jin dan mata manusia."
Karena doa ini dibacakan untuk Sayyid Hasan dan Husain pada zaman Nabi, maka kedua nama tersebut dapat diganti dengan nama orang yang terkena 'Ain saat ini. Selain doa yang diajarkan oleh Nabi sebagaimana disebutkan di atas, Ar-Razi juga mengutip dalam Mafatihul Ghaib (Beirut, Darul Fikr, 1981: XXX/100), pendapat dari Al-Hasan bahwa QS. Al-Qalam ayat 51 bisa dijadikan sebagai penawar untuk musibah 'Ain.
Selain dengan doa tersebut, seseorang juga dapat menghindari musibah 'Ain dengan tidak memamerkan capaian atau prestasi diri, anak, maupun keluarganya. Sebab, dengan memamerkan pencapaian, orang lain pasti akan melihatnya, dan melalui pandangan inilah jalan 'Ain terbuka—baik melalui kekaguman, kedengkian, maupun kebencian.
Kesimpulannya, meskipun 'Ain dapat mendatangkan musibah yang besar, selalu ada solusi dari Allah SWT melalui contoh dari Nabi-Nya maupun para penerusnya. Kemudian yang terpenting lagi kita harus mencegah terjadinya 'Ain pada diri sendiri dan keluarga. Wallahu A'lam.
Ustadz Muhammad Tantowi, Koordinator Ma'had MTsN 1 Jember
Terpopuler
1
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
2
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
3
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
4
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
5
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
6
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
Terkini
Lihat Semua