Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 129: Doa Nabi Ibrahim dan Ismail yang Terkabul
NU Online · Kamis, 4 Juli 2024 | 16:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Setelah Nabi Ibrahim dan Ismail as berdoa agar anak cucu mereka diberi ketetapan dan konsistensi dalam keimanan dan amal shalih (Al-Baqarah Ayat 128), keduanya lantas berdoa agar keturunannya ada yang menjadi seorang rasul. Doa keduanya diabadikan oleh Allah melalui firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 129.
Berikut teks, terjemahan, dan beberapa tafsiran ulama terhadap Surat Al-Baqarah ayat 129:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُࣖ
Rabbanâ wab‘ats fîhim rasûlan min-hum yatlû ‘alaihim âyâtika wa yu‘allimuhumul-kitâba wal-ḫikmata wa yuzakkîhim, innaka antal-‘azîzul-ḫakîm
Baca Juga
Doa Nabi Ibrahim Membangun Rumah Tangga
Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunnah) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 129
Secara garis besar, ayat ini mengandung bahasan lanjutan dari doa Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Dalam ayat 129 ini, keduanya berdoa agar di antara keturunannya ada yang dijadikan sebagai seorang rasul. Dan diutusnya Nabi Muhammad saw adalah wujud dari terkabulnya doa mereka berdua.
Tafsir Qurthubi
Menurut Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya, dalam redaksi doa Nabi Ibrahim as dan Ismail as yang berbunyi, رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ (Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka), sosok yang dimaksud dengan rasul tersebut adalah Nabi Muhammad saw.
Khalid bin Ma'dan meriwayatkan bahwa sekelompok sahabat Nabi saw bertanya kepada beliau,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنَا عَنْ نَفْسِكَ، قَالَ: (نَعَمْ أَنَا دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ وبشرى عيسى)
Artinya: “Wahai Rasulullah beritahukanlah kepada kami gerangan dirimu. Beliau menjawab, “Baiklah, aku adalah doa Ibrahim dan berita baik Isa as.”
Kemudian, lanjut Imam Qurthubi, yang dimaksud dari frasa, الْكِتٰبَ adalah kitab al-Qur’an, sedangkan yang dimaksud dengan frasa, الْحِكْمَةَ adalah pengetahuan terhadap agama, penguasaan dalam pentakwilan, dan pemahaman yang merupakan anugerah dan cahaya dari Allah swt. Demikianlah pendapat yang dikatakan oleh Imam Malik. Sedangkan menurut Qatadah, yang dimaksud dengan frasa, الْحِكْمَةَ adalah sunnah dan penjelasan syariat. Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud adalah hukum dan putusan saja.
Pendapat-pendapat tersebut, menurut Imam Qurthubi, hampir sama. Allah menisbatkan pengajaran kepada Nabi, sebab dialah yang mengeluarkan perintah yang sesuai dengan pertimbangannya dan mengajarkan cara menganalisa melalui wahyu yang Allah berikan kepada dirinya.
Kemudian, lanjut Imam Qurthubi, yang dimaksud dari frasa, وَيُزَكِّيْهِمْ (dan menyucikan mereka) adalah menyucikan mereka dari bekas-bekas kemusyrikan. (Imam Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Kairo, Darul Kutub Al-Mishriyyah: 1964], juz 2, hal. 130-131).
Tafsirul Munir
Syekh Wahbah Az-Zuhaili, dalam Tafsirul Munir, mengatakan bahwa setelah Nabi Ibrahim dan Ismail as berdoa memohon agar anak cucu mereka diberi ketetapan dan konsisten dalam keimanan dan amal saleh, keduanya lantas berdoa agar keturunannya ada yang menjadi seorang rasul. Berikut adalah kutipan doa dalam Tafsirul Munir:
ربنا وأرسل في الأمة المسلمة رسولا منهم، ليكون أشفق عليهم، ويكونوا أعزّ الناس به، وأقرب لإجابة دعوته، وقد عرفوه معرفة تامة، ولمسوا منه الصدق والأمانة والعفة والاستقامة، ونحو ذلك، يقرأ عليهم آيات دينك المشتملة على إثبات وحدانية الله، وعلى الإقناع بالبعث والجزاء، ويعلمهم القرآن وأسرار الشريعة ومقاصدها، وما تكمل به نفوسهم من العلوم والمعارف، ويطهرهم من دنس الشرك والوثنية وأنواع المعاصي، ويعملهم صالح الأخلاق، إنك أنت القوي الذي لا يغلب، الحكيم في كل صنع، فلا تفعل إلا ما تقتضيه الحكمة والمصلحة
Artinya: “Wahai Tuhan kami, utuslah kepada umat Islam seorang rasul dari kalangan mereka agar ia lebih berbelas kasihan kepada mereka, agar mereka menjadi orang-orang yang sangat dimuliakan olehnya, dan supaya mereka lebih mudah untuk menerima dakwahnya sebab mereka telah mengenalnya dengan seutuhnya, dan telah melihat kejujuran, amanah, ‘iffah, istiqamah, dan sifat-sifat sejenis pada dirinya.
Ia membacakan kepada mereka ayat-ayat agama-Mu yang berisi pembuktian tentang keesaan-Mu serta tentang hari kebangkitan dan ganjaran, mengajari mereka Al-Qur'an dan rahasia-rahasia serta tujuan-tujuan syariat, pun juga mengajari mereka ilmu pengetahuan yang menyempurnakan jiwa mereka, menyucikan mereka dari kotoran kesyirikan, keberhalaan, dan berbagai macam maksiat, dan mengajari mereka akhlak yang baik.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Kuat Yang tak terkalahkan, Yang Maha Bijaksana dalam segala perbuatan Engkau tidak melakukan kecuali yang sesuai dengan tuntutan hikmah dan maslahat.” (Syekh Wahbah Az-Zuhaili, Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz II, hal. 314).
Lebih jauh, Syekh Wahbah juga mengatakan bahwa Allah swt telah mengabulkan doa Nabi lbrahim dan putranya, Ismail, dengan mengutus penutup para nabi, yaitu Muhammad saw, sebagai rasul dari bangsa Arab. Pendapat ini beliau kuatkan dengan sebuah hadits dari Nabi Muhammad saw yang berbunyi:
أنا دعوة أبي إبراهيم، وبشرى أخي عيسى، ورؤيا أمي
Artinya: "Aku adalah doa kakekku, Ibrahim; berita gembira saudaraku, Isa; dan mimpi ibuku.” (Syekh Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz II, hal. 314).
Menurut Imam Maturidi, dalam frasa, رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ (Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka) dapat dimungkinkan adanya beberapa pemahaman sebagai berikut:
- Rasul tersebut berasal dari kalangan umat Islam; sebab Allah swt. telah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 124 bahwa janji-Nya tidak berlaku bagi orang-orang zalim.
- Rasul tersebut berasal dari kalangan mereka sendiri (intinya manusia); sebab tentunya akan lebih menjadikannya lebih mengetahui (keadaan) dari pada yang lainnya.
- Rasul tersebut berasal dari kalangan mereka sendiri (dari golongan mereka dan bahasa mereka); bukan dari golongan lain yang menggunakan bahasa yang berbeda juga. (Imam Abu Mansur al-Maturidi, Ta’wilat Ahlissunnah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiah, 2005] juz 1, hal. 571)
Walhasil, dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa surat al-Baqarah ayat 129 tersebut mengandung bahasan utama mengenai doa Nabi Ibrahim dan Ismail as yang memohon agar dari keturunannya diutus seorang Rasul, dan diutusnya Nabi Muhammad saw adalah wujud dari terkabulnya doa mereka berdua. Wallahu a’lam.
M. Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo, Jawa Tengah
Terpopuler
1
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
2
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
3
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
4
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Tak Bisa Mengelak Lagi, Negara Wajib Biayai Pendidikan Dasar Termasuk di Swasta
6
Mengenal Aplikasi Digdaya Kepengurusan yang Diluncurkan PBNU
Terkini
Lihat Semua