Sirah Nabawiyah

Percakapan Nabi Sulaiman dan Tanaman, Ekologi Spiritual di Masa Kenabian

Rabu, 16 November 2022 | 07:00 WIB

Percakapan Nabi Sulaiman dan Tanaman, Ekologi Spiritual di Masa Kenabian

Tumbuhan sebagaimana hewan dan makhluk hidup lainnya memiliki bahasanya sendiri. (Ilustrasi: petani sedang mencangkul sawah)

Nabi Sulaiman mengerti bahasa bermacam-macam makhluk hidup di alam semesta. Kisah yang terkenal di kalangan kaum muslimin adalah ketika Nabi Sulaiman berbicara dengan binatang. Namun, sebenarnya terdapat kisah lain yang menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman juga bisa berbincang dengan tanaman. Melalui perbincangan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan tanaman, muncul konsep ekologi spiritual kenabian pada masanya.


Ekologi spiritual menekankan pentingnya dimensi spiritual dalam merawat alam karena alam tidak layak dieksplorasi habis-habisan. Lingkungan alam yang meliputi makhluk hidup seperti tanaman, hewan, maupun benda mati seperti bebatuan, air, dan tanah sangat erat kaitannya dengan keperluan hidup manusia. Bagi manusia yang beragama, sumber daya alam merupakan bekal berharga yang menjadi sarana beribadah kepada Tuhannya dan dapat diwariskan untuk generasi berikutnya. 


“Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Hasan melalui Qatadah mengatakan bahwa ketika Nabi Sulaiman ‘alaihis salam selesai membangun Baitul Maqdis, dia memasuki tempat shalat dan tiba-tiba di hadapannya ada segerombol semak-semak yang berwarna hijau. Ketika Beliau selesai shalat, semak-semak itu bersuara, ‘Tidakkah engkau akan bertanya siapa aku ini?’ Nabi Sulaiman ‘alaihis salam menjawab, ‘Ya siapa engkau ini?’ Semak-semak itu menjawab, ‘Aku adalah semak-semak yang bernama ini dan itu, serta merupakan obat untuk penyakit ini dan itu,’” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 68).


Berdasarkan hadits tersebut, tempat tumbuh tanaman yang berbicara dengan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam sangat dekat dengan tempat ibadah shalat. Perbincangan antara Nabi dan tanaman dilakukan setelah ibadah shalat. Sebagai seorang raja yang mengurusi banyak keperluan rakyatnya, Nabi Sulaiman memberikan perhatian terhadap kemanfaatan tanaman sebagai bentuk pelaksanaan amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan kata lain, mengurusi ekologi sangat erat dengan urusan spiritual.


Kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihis salam memerintahkan agar semak-semak itu dipotong. Dan ketika hal itu telah dikerjakan, tiba-tiba tumbuh pula semak-semak sejenis. Maka begitulah yang terjadi setiap hari apabila dia masuk ke tempat shalat, dia akan menemukan semak-semak yang juga memberitahukan namanya lagi. Dengan cara ini, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dia memperoleh pengetahuan tentang semua semak-semak itu, dan kemudian dia menulis buku tentang obat-obatan menyangkut semak-semak tersebut, yang menjelaskan obat-obatan yang bisa diperoleh dari mereka.


“Ada hadits terkenal yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam memperoleh pengetahuannya tentang tanam-tanaman ketika mereka tumbuh di hadapannya. Pada saat itu dia biasanya bertanya, ‘Apa namamu?’ Dan kepada tanaman yang lain dia akan bertanya, ‘Untuk apa engkau ini?’ Dan bergantung kepada jawaban yang diberikan, jika jenis tanaman itu baik untuk ditanam, maka ia akan diperbanyak penanamannya. Jika suatu tanaman mengandung obat, maka hal itu akan dicatat olehnya. Hadits ini diambil dari Abu Nu’aim,” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihya’il Ulum: 1990], halaman 69).


Nabi Sulaiman juga menggunakan tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan. Salah satu buktinya adalah tanaman yang pernah dimanfaatkan oleh Beliau juga digunakan untuk keperluan yang sama oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam Kitab Thibbun Nabawi, Al-Hafiz Adz-Dzahabi menjelaskan tentang khasiat Naurah, sejenis limau perontok rambut untuk area pribadi sebagai berikut:


“Telah diriwayatkan oleh Ummu Salamah radliyallahu ‘anha bahwa Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wa sallam mempergunakan Naurah sebagai perontok rambut. Beliau memulai dengan bagian-bagian yang pribadi. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Ada hadits marfu’ yang menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam adalah orang pertama yang menggunakan Naurah, yaitu limau/jeruk perontok rambut sebelum mandi,” (Adz-Dzahabi, 1990: 200).


Upaya pemanfaatan limau perontok rambut tersebut ternyata dilanjutkan oleh Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wa sallam dan dianjurkan untuk umatnya. Riwayat tentang penggunaan limau perontok rambut tertulis sebagaimana catatan dari Al-Hafiz Adz-Dzahabi sebagai berikut:


“Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mempergunakan limau perontok rambut secara teratur dan bahwa suatu ketika Beliau bersabda, sebaiknya engkau juga mempergunakannya.”


Koleksi dan perbanyakan tanaman yang bermanfaat bagi manusia telah dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Budidaya tanaman pangan maupun tanaman herbal yang berkhasiat obat merupakan konsep penting ekologi spiritual. Dalam riwayat yang lain, Nabi Sulaiman juga memiliki kebun koleksi tanaman yang bermanfaat untuk berbagai keperluan. Hasil dari tanaman kebun itu tidak hanya dapat dinikmati manusia, tetapi juga untuk hewan ternak dan hewan liar.


“Ibnu Jarir, Ibnu Hatim, dan lainnya meriwayatkan dari hadits Ibrahim bin Thuhman, dari Atha’ bin Sa’ib, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda Sulaiman, Nabi Allah, setiap kali shalat, ia melihat sebuah pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu, ‘Siapa namamu?’ Pohon menjawab, ‘Namaku ini dan itu.’ Sulaiman kemudian berkata, ‘Untuk apa kau tumbuh? Jika memang untuk menjadi tanaman, tumbuhlah, dan jika untuk makanan hewan, tumbuhlah,’” (Ibnu Katsir, Qashashul Anbiya, [Makkah, Maktabah Ath-Thalib Al-Jama’i: 1988 M], halaman 599).


Keunikan tanaman-tanaman bermanfaat yang tumbuh di berbagai belahan dunia selalu sesuai untuk mencukupi kebutuhan manusia di daerah tempat dia tumbuh. Misalnya, tanaman pangan di daerah tropis yang berbeda dengan tanaman pangan di daerah subtropis akan sesuai dengan kondisi kebutuhan energi manusia yang berbeda iklim lingkungannya tersebut.


Tanaman obat yang tumbuh di lingkungan berbeda-beda menjadi kajian etnomedisin bagi para ahli pengobatan. Bahkan, Hippocrates yang merupakan Bapak Ilmu Kedokteran pernah merekomendasikan agar setiap penderita sakit harus diobati dengan tumbuh-tumbuhan yang berasal dari negerinya sendiri.


Tanaman buah juga selalu memberikan nutrisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan manusia dan musim yang dialami. Oleh karena itu, musim buah selalu berganti karena menyediakan kebutuhan gizi manusia yang selalu dinamis.


Akhir-akhir ini, para peneliti melalui aktivitas riset dan percobaan sedang berusaha menguak bahasa segala makhluk hidup yang ada di dunia, termasuk bahasa tanaman. Kita perlu mengapresiasi upaya dan ikhtiar-ikhtiar dalam bentuk riset dan eksperimen tersebut.


Sebagai bagian dari manusia yang beragama, kaum muslimin selayaknya berupaya untuk menerapkan ekologi spiritual. Gerakan menanam pohon masih sangat relevan untuk terus digalakkan. Selain mendukung ketersediaan tanaman sebagai sumber daya alam yang kaya manfaat. Upaya tersebut juga memiliki arti agar tanaman tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi di masa yang akan datang. 


Ustadz Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti farmasi.