Sirah Nabawiyah

Cara Nabi Muhammad Berpakaian

Sen, 28 September 2020 | 13:00 WIB

Cara Nabi Muhammad Berpakaian

Gamis Nabi Muhammad yang sekarang berada di Museum Topkapi, Istanbul, Turki.

Ada banyak riwayat yang mengisahkan akhlak, kepribadian, ciri-ciri fisik, sejarah hidup, dan keseharian Nabi Muhammad. Termasuk bagaimana cara Nabi Muhammad berpakaian—baju yang disukai, model, warna, sepatu, sandal, dan sarung. Hal-hal semacam itu terekam baik dalam hadits-hadits. 

 

Dalam kitab Asy-Syamail al-Muhammadiyah (2016), Imam At-Tirmidzi menguraikan berbagai hal terkait dengan pakaian dan cara berpakaian Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-harinya.

 

Pertama, pakaian yang disukai. Istri Nabi Muhammad, Sayyidah Ummu Salamah pernah mengatakan bahwa pakaian yang paling disukai oleh Nabi Muhammad adalah pakaian gamis. Sementara menurut Anas bin Malik, Nabi Muhammad paling suka hibarah—jenis pakaian yang berasal dari Yaman. 


Kedua, warna. Berdasarkan beberapa riwayat yang ada, Nabi Muhammad disebutkan memakai pakaian berwarna merah. Bara’ bin Azib berpendapat bahwa Nabi Muhammad sangat pas memakai baju berwarna merah.

 

Sehingga tidak ada seorang pun yang lebih baik dari pada Nabi Muhammad ketika mengenakan pakaian berwarna merah. Diriwayatkan bahwa panjang lengan baju Nabi Muhammad adalah sampai pergelangan tangan. 


“Hemat saya, yang dimaksud dengan pakaian berwarna merah itu adalah hibarah,” kata Sufyan, sebagaimana riwayat Abu Juhaifah. 


Selain merah, Nabi Muhammad diriwayatkan juga pernah memakai pakaian berwarna dengan warna lainnya seperti putih, hijau, dan hitam. Beliau bahkan menganjurkan orang-orang yang masih hidup dan yang sudah meninggal untuk mengenakan pakaian berwarna putih karena itu merupakan bagian pakaian yang lebih baik dan lebih suci.


Ketiga, pakaian bangsa lain. Nabi Muhammad juga pernah mengenakan pakaian-pakaian bangsa luar Arab.  Sebagaimana keterangan Mughirah bin Syu’bah, Nabi Muhammad pernah pernah memakai jubah Romawi yang berlengan sempit. Nabi juga pernah menggunakan pakaian dari daerah Qithr ketika melaksanakan shalat dan baju yang terbuat dari bulu-bulu warna hitam.


Keempat, mengenakan pakaian usang. Pernah suatu ketika Nabi Muhammad memakai pakaian usang yang diwarnai dengan za’faran. Qailah binti Makhramah melihat pakaian yang dikenakan Nabi itu sudah mulai luntur warnanya. 


Kelima, mendahulukan yang kanan. Nabi Muhammad selalu mendahulukan yang kanan ketika melakukan suatu pekerjaan seperti memakai sandal, menyisir, berjalan, dan bersuci. Ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah.


Keenam, berdoa ketika memakai baju baru. Ketika Nabi Muhammad mengenakan baju baru, beliau selalu berdoa kepada Allah sebagai tanda syukur. Berikut doa Nabi ketika memakai baju baru, sebagaimana keterangan Abu Sa’id al-Khudri:


“Ya Allah segala puji bagi-Mu, sebagaimana Engkau telah memberi aku pakaian. Aku mohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini, serta kebaikan sesuatu yang diciptakan untuknya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pakaian ini, serta keburukan sesuatu yang diciptakan untuknya.”


Sementara serban Nabi Muhammad berwarna hitam di kepalanya. Beliau menjulurkan serbannya di antara kedua pundaknya. Beliau memakai serban hitam dalam beberapa kesempatan seperti saat peristiwa Fathu Makkah dan ketika berkhotbah di hadapan sahabatnya.


Untuk alas kaki, Nabi menggunakan sepatu dan terkadang sandal. Sepatu Nabi Muhammad didapat dari hadiah orang. Suatu saat, Raja Najasyi menghadiahi sepasang sepatu berwarna hitam pekat kepada Nabi. Pada kesempatan lain, Dihyah juga pernah memberi sepatu kepada Nabi.


Sementara terkait dengan sandal, ada beberapa riwayat yang menyebutkan spesifikasinya. Menurut penuturan Anas bin Malik, sandal Nabi menggunakan dua buah qibal (pelana sandal atau batas depan sandal berupa tali yang diletakkan di antara dua jari kaki).

 

Masing-masing qibal sandal Nabi terdiri dari dua buah tali. Ibnu Umar menggambarkan bahwa sandal Nabi itu gundul dan tidak berbulu. Ketika mengerjakan shalat, Nabi juga pernah mengenakan sandal yang berlubang (bertambal).


Muhammad Rawwas Qal’ah Ji dalam Syakhyiyah Ar-Rasul (2008) menjelaskan, pakaian yang dipakai Nabi Muhammad bukan lah pakaian khusus yang hanya dikenakan oleh beliau. Beliau memakai baju sebagaimana baju yang dikenakan oleh orang-orang pada saat itu. Sehingga tidak ada perbedaan antara pakaian Nabi dengan yang lainnya.

 

Orang asing yang datang menghadap Nabi tidak akan mengenalinya ketika beliau sedang berada di tengah-tengah sahabatnya, disebabkan tampilan dan pakaian Nabi sama dengan yang lainnya. Tidak mencolok. 


Penulis: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad